Thursday, December 22, 2005

Hari Ibu

Hari ini. 22 Desember. Tepat hari Ibu. Mungkin bagi sebagian banyak orang, hari ini bukan hari yang special. Tapi tidak bagiku, hari ini sudah semacam hari ulang tahun buat Ibuku, karena aku jarang sekali mengucapkan selamat pada hari ulang tahunnya. Ulang tahun Ibu sering Ibu anggap bukan tanggal ulang tahun sebenarnya, karena itu aku sering melupakannya.
Balik lagi ke hari Ibu, bagi saya hari Ibu juga semacam momen untuk ingat tentang jasa-jasa Ibu, tentang doa-doa Ibu yang selalu bergulir sejak kami di kandungan, tentang keiritan Ibu hanya karena tak ingin kami berlima merasa kurang ataupun tentang rasa sabarnya terhadap segala cobaan di rumah tangganya.
Ah...itu jugalah mungkin yang membuat jiwa sentimentilku tumbuh ketika tanggal 22 desember muncul, bahkan sejak aku masih di bangku SD. Tahu apa yang aku beri untuk Ibu ketika itu? Aku membelikan Ibu, satu pak tissue, yang notabene mungkin harganya 50 rupiah, jumlah uang yang aku sisihkan dari uang sakuku. Memalukan bukan? dan hadiah itu bertambah nilainya, ketika aku mulai bisa lebih menyisihkan uang jajan, yaitu memberi saputangan dengan kualitas yang terus terang sangat rendah.

Lucu dan sedikit memalukan mengingat itu, tapi entah mengapa Ibu mau saja menerima pemberianku tersebut. Hanya senyum kecil dan ucapan terima kasih yang menyertai.
Sekarang setelah aku menikah, tradisi ini masih aku lakukan. Bukan Ibuku seorang yang aku beri, tapi Ibu mertuapun ikut masuk hitunganku. Jadilah setiap menjelang tanggal 22 Desember, aku mulai memikirkan akan memberi apa kepada dua wanita mulia ini. 2 bingkisan, 2 kartu, dan dapat dipastikan suamiku setuju-setuju saja dengan ideku. Namun terus terang, buat Ibuku, aku selalu sengaja menambahkan satu patah kata tentang kenangan baikku kepadanya atau sekedar cerita tentangnya, sedang untuk Ibu mertua, aku agak bingung dengan kata-kata yang harus kutambahkan, sedangkan meminta ke suami, lebih tidak mungkin, dia lebih tidak punya ide. Ujung-ujungnya, kami menulis pesan singkat yang sebenarnya cukup menggambarkan semua rasa terimakasih kami.
Setelah itu, Ibu biasanya akan berkaca-kaca, dan aku merasa cukup jengah juga, walaupun yang aku tulis sungguh-sungguh tentang kebaikan Beliau yang mengalahi matahari, kemuliaan Beliau yang mengalahi emas murni dan logam permata, ataupun keteduhan Beliau yang mengalahi pohon paling rimbun di dunia ini. Paling hanya senyum untuk menutupi kejengahanku yang terpampang ketika itu.
Ibuku memang beda, karena aku yakin tak ada Ibu yang sama persis di seantero dunia ini. Dengan segala kekurangan dan kelebihannya, aku cukup bersyukur punya Beliau di sepanjang hidupku. Untuk Ibu, sekali lagi Happy mommy's day!.....

PS: tulisan yang telat sehari untuk dipublish... For every mom, Happy mommy's day!

Wednesday, December 21, 2005

4 tahun

Sabtu kemarin. 17 Desember 2005. Helmy berulang tahun keempat. Banyak rencana sebenarnya menjelang ulang tahunnya. Beberapa bulan yang lalu, aku dan suami sempat merencanakan akan membuat pesta kecil di sekolahnya, namun ternyata rencana itu buyar dengan sendirinya. Tiba-tiba saja kami merasa tidak perlu mendidik anak dengan pesta disetiap ulang tahunnya, cukup dengan ucapan syukur dan memberikan apa yang diinginkannya sebagai bingkisan ulang tahun dari kami. Anakku ini bahkan pernah secara tiba-tiba mengucapkan "Kalau Mas Mi ulang tahun gak usah dirayakan ya, Bunda, repot. Mas Mi minta mobil tangki yang besar aja, trus ditulisin nama Mas Mi di mobilnya." Hahaha... mendengar itu aku dan suami tertawa, ucapannya sedikit menunjukkan pengertian dan keinginan anak kecil.
Nyatanya, pas hari ulang tahunnya tiba, ketika pagi-pagi para auntienya sibuk menelpon mengucapkan selamat ulang tahun, dia malas untuk mengangkat telepon, malah aku menangkap kesan dia tak begitu mengerti arti ulang tahun. Yang dia ingat hanya sepulang sekolah nanti, dia akan pergi bersamaku dan suami ke toko mainan, memilih mainan sendiri sebagai hadiah, setelah itu dia akan mulai les renang.
Itulah yang dilakukan kami pada hari ulang tahunnya. Railway extension dia pilih untuk menambah modifikasi railway yang sudah ada, ditambah satu mobil pembawa kabel gulung. Setelah itu, makan siang diluar, dan terakhir kami memutuskan ke rumah eyang putrinya, karena cuaca tidak bagus untuk berenang. Disana sudah menunggu beberapa bingkisan dari para auntie, olda, sepupunya dan eyang putrinya. Terlihat sekali wajahnya bahagia, walaupun rasa kantuk mulai menyerangnya.
Hari itu full diisi dengan kami bertiga. Aku dan suami senang dan lelah menjalankannya, seperti ketika kami pertama kali memilikinya, mengajarinya memegang, berbicara, berjalan, ataupun mengendarai sepeda. 4 tahun sudah kami memilikinya, betapa kami mulai dibuat kelabakan dengan pertanyaannya yang lumayan kritis, tentang pondasi jalanan, tentang planet, tentang jantung, tentang apa saja yang dia lihat dan rasakan ataupun ketika dia malas untuk mengerjakan peer sekolahnya. Sungguh, 4 tahun berjalan tanpa terasa, dan kami harap impiannya akan selalu tercapai..Semoga....