Monday, February 25, 2008

Hidup Makin Susah

Jumat sore.

"Berapa biaya persemester di sana?" tanyaku iseng di sela-sela kerjaku, melihat seorang mahasiswa, calon sarjana, yang sedang berdiskusi dengan temanku. Calon sarjana ini keluaran produk universitas seperti dulu aku.
"Aku masuk tahun 2005, Mbak. Satu semester sekitar 8 juta, Mbak"
Aku terbelalak kaget. Dulu, tahun 1993, untuk uang masuk universitas itu dengan catatan peringkat terakhir, aku bayar sebesar 8 juta rupiah. Biaya per semester sekitar 1.5 juta rupiah.
"Gila..... mahal benar ya. Kira-kira kalau anakku kuliah, persemester itu jadi berapa ya?" sahutku sambil menerawang, memikirkan investasi yang aku siapkan untuk anakku, yang sepertinya jauh dari cukup.

Minggu pagi.

"Susu sachet ini 13 ml harganya 1200 rupiah. Mahal banget, ya, Lek. Kebayang, deh, orang-orang yang nggak punya, gimana bisa beli susu. Wong satu sachet kecil begini aja mahal," ujarku tiba-tiba sambil menuangkan susu-susu itu ke dalam adonan. Bulikku yang aku ajak bicara hanya tertawa kecil. Entah di pikirannya seperti apa.

Minggu siang. Di salon.

"Susah, Mbak, nyari rumah di sekitar sini. Mahal-mahal."
"Emang kalau ngontrak, Mbak bayar berapa setahun?"
"4 juta. Itu di kampung loh, Mbak.. Bukan di kompleks dan kamarnya hanya satu,loh, Mbak."
Wadduh, rumahku, yang kata teman-temanku di ujung berung aja mahal, bagaimana bisa membeli rumah dekat kantor,ya?

Pada bulan Januari tanggal 10.

"Nasi kuningnya kok pera, sih, Lek"
"Padahal itu udah beras yang kata orang pasar paling bagus loh, Mbak," ujar Bulikku.
Aku mengerinyitkan dahi, kok paling mahal, tapi nasinya keras?
"Kurang air, Lek?" tanyaku.
"Nggak."
"Emang berapa seliternya?"
"4700"
4700? Cukup mahal, bukan? kok ya, bisa nggak sesuai harapan...
"Gila... bagaimana orang yang nggak punya,ya? Beras 4700 kan udah mahal...tapi kok begini, apalagi yang murah ya..." Balik lagi, ke orang yang papa....
---

Balik lagi ke pikiran sendiri. Kok ya hidup makin susah.. makin semrawut ya orang mengejar rezeki, yang seringnya lebih pas-pasan. Buat berlebih, agak-agak ngikat perut, bukan pinggang lagi, itupun kalau ada. Beli rumah, mahal. Setiap minggu, bahan makanan naik (ini pengalaman pribadi, karena setiap minggu pagi, aku belanja di pasar tradisional buat membeli bahan makanan untuk seminggu). Baju? ini masih kebantu, dengan adanya toko-toko yang jual baju murah. Pendidikan, meski ada BOS, tetap ada iuran informal yang mungkin mahal buat yang nggak punya.
O,iya, masalah pendidikan. Kemarin waktu lewat SD inpres, ada tulisan besar-besar : gratis biaya pendidikan.... Alhamdulillah banget,kan, berarti semua anak bisa sekolah gratis. Tapi pikir-pikir kalau yang berkecukupan ngambil porsi di SD itu, apa porsi yang berhak nggak berkurang,ya? Atau yang berkecukupan tahu diri untuk menjadi kandidat dengan syarat kursi masih ada?... Pikiran iseng, sih....
Balik lagi.... Sandang, bolehlah.... Pangan, mahal.... Papan, mahal banget.... Pendidikan, juga...
Hidup memang makin susah, susah nyarinya, susah nabungnya, susah nyisihinnya, tapi mudah nghabisinya. Kalau kata temanku, "masih mending ada yang lewat". Tepat sekali! Hidup memang makin susah, tapi selama kita masih punya rezeki, kita tetap harus berusaha,bukan?..:)