Sunday, September 28, 2008

Ajaib

Kata orang, Ramadhan itu bulan berkah. Setuju banget... Amati deh sepanjang Ramadhan, kala perjalanan pulang kantor, di sepanjang jalan banyak ibu-ibu ataupun bapak-bapak yang berjualan menu berbuka puasa. Penghasilan musiman. Terus, amati juga deh, menjelang berbuka puasa, banyak orang yang berdiri di pinggir jalan membagi tajil atau makanan berbuka puasa. Kadang pembagian tajil itu sekalian promosi. Okelah idenya, berpromosi gratis dan berpahala. Terus terang, yang terakhir ini, aku dan suami sempat menikmati. Berkahnya lagi, jam kantor kebanyakan orang jadi pendek. Semua orang ingin ketika jam kantor berakhir langsung pulang, berbuka puasa dengan keluarga, yang artinya sering banget aku mengalami macet yang luar biasa.Akibatnya karena itu, musholla atau mesjid sepanjang jalan menjadi penuh dengan jamaah yang numpang berbuka puasa sekaligus sholat Maghrib berjamaah. Berkah lainnya, undangan buka puasa bersama bertebaran di kantorku, tapi yah itu, aku lebih prefer pulang dan berbuka bersama suami.
Selain berkah, buatku bulan Ramadhan itu ajaib. Nih, ajaibnya :

1. Kalau bulan Ramadhan datang, nggak sedikit orang yang merasa lebih menunduk hatinya. Yup, bulan ini tiba-tiba membuat kita menjadi mudah mendengarkan tausiyah, memperbaiki diri dan sholat sunnat dilakukan sebanyak-banyaknya. Padahal kalo hari biasa, aku paling jarang sholat sunnat, aku paling jarang malah tidak pernah naik ke lantai 52 buat mendengarkan tausiyah (padahal kalau bulan biasa, tausiyah hanya setiap hari kamis saja, beda dengan Ramadhan yang setiap saat ada kajian), merasa lebih peka, kalau hari biasa, aku suka banget nyalah-nyalahin orang kalau ada orang yang menceritakan kondisinya. Ajaibnya lagi, tiba-tiba beberapa hari setelah berpuasa, ada sms dari temanku yang menanyakan tentang zakat, infak ataupun sedekah, dan dia mendapatkan ilmunya dari radio. Padahal menurut dia, selama ini dia suka mempertanyakan tentang zakat, yang baginya masih terbentur dengan pajak dan berutang. Nice time to start, kan?

2. Waktu tausiyah terakhir bersama Ustadz Boby tentang power of shadaqoh, menjelang akhir tausiyahnya, beliau meminta kami mengumpulkan apa yang terbaik saat itu ke depan sebagai infak. Dan tahu berapa yang terkumpul? Dari jamaah perempuan, terkumpul 5 jutaan plus satu buah cincin emas. Jumlah jamaah perempuan saat itu menurut perkiraanku hanya sekitar 30-an orang (tidak mencapai 50 orang). Dari jamaah laki-laki, terkumpul 29 juta+10 USD+4 Real+1 voucher bensin premium seharga 50 ribu. Jumlah jamaah laki-laki paling sekitar 50-an orang menurut penglihatanku. Subhanallah.. Malaikat manakah yang ikut mengumpulkan infak saat itu? Secara dengan logika, untuk datang ke lantai 52, tidak mungkin kami membawa banyak uang, bukan?

3. Di bulan Ramadhan ini juga membuat kami, aku dan Nowo, sering berjamaah dan sering mampir ke musholla atau mesjid dalam perjalanan pulang untuk sholat Maghrib. Padahal kalau hari biasa, kami selalu sepakat, keburu kok sholat di rumah.. Seringnya, nggak keburu sih...:)

4. Suatu saat, Helmy menyodorkan potongan surat Al-Imron ke aku, dan dia menghafalkan ayat itu. Sekali waktu juga, aku membaca buku komunikasi Helmy tentang hafalan surat Al-Baqarah ayat 184, aku test Helmy, ajaib dia lancar menghafal. Bangga dan malu juga sih... Nggak sia-sia memasukkan dia di SDIT. Nowo sempat merekam sholat jamaah Helmy dan Dafi (yang ikut-ikutan Mas nya sih..), bangga juga melihatnya...


5. THR...:)

Pokoknya Ramadhan selalu ajaiblah... Walaupun aku merasa nggak sempurna menjalankannya, tapi I'm gonna miss Ramadhan...:)

PS: Hari ke 28 berpuasa....

Monday, September 15, 2008

Berolahraga di Kala Puasa


Beberapa bulan yang lalu, aku sempat takjub memandang temanku yang rajin puasa Senin-Kamis tapi tetap nge-gym. "Kuat, Ta?"
"Biasa aja, Mbak. Makanya aku juga gak berat-berat olahraganya," ujar Teta.
"Hebat..."
"Insya Allah, nggak papa,kok, Mbak."
Lain waktu.
"Kalau bulan Ramadhan, tetap olah raga gak, mbak?" tanyaku ke Mbak Intan, yang kebetulan sedang ber-treadmill-ria di sebelahku.
"Tahun lalu, sih, aku tetap olah raga."
"Pagi?"
"Iya. Nggak papa-kok."
Setelah mendapat dua referensi itu, aku trial. Bayar utang puasa tapi tetap olahraga, dengan perhitungan, aku bisa buka kapan saja kalau ternyata loyo. Nyatanya, sukses sampai sore. Nggak haus, nggak lapar dan nggak lemas (itu yang paling penting!).. Apa karena sahurku banyak ya?...hihihi.
Jadilah kisah suksesku, aku tularkan ke suamiku. Dia tertarik mencoba.
Dan sekarang, di bulan Ramadhan, setelah sholat Subuh, kami tetap bersiap-siap cabut ke FitbyBeat. Olahraga agak-agak ringan. Cukuplah ber-treadmill-ria selama 30 menit, jaraknya 2.67 km, kalori terbakar 200 lebih dikit, dan setelah itu, melatih otot perut, batang tubuh, dada, lengan, punggung. Beres dalam hitungan 45 menit. Mandi dan ke kantor. Hasilnya, hari kedua puasa, setiap menjelang sore, perut bukan berkeruyuk lapar, tapi seperti masuk angin, ada pergerakan angin di perut bagian bawah. Mungkin karena berpeluh keringat dan langsung mandi (tapi hari biasa, kok, nggak ya?). Suami mengalami juga, teman nge-gympun mengalami. Pas Hari keempat puasa, sudah tidak ada pergerakan angin. Dari awal puasa, haus tidak mengalami, badan malah lebih segar dan tentu saja ngantuk mendera (penyakit normal orang puasa). Tapi asyiklah... Coba saja. Belum berani ikut kelas sih, kayak RPM/Spinning dan Body pump...hehehehe.
Sempat nanya ke trainer sana tentang resep mereka kok masih bisa ngajar kelas spinning sehari 3 kali, padahal puasa... Katanya, sahur biasa, hanya nasi putihnya sedikit sekali, karena bikin ngantuk. Pengganti nasinya yaitu havermout atau cereal sama minum vit B kompleks. Tetaplah, aku nggak berani mempertaruhkan puasaku buat ikut kelas, walaupun resep sahurnya bisa aku adopt.
Yang penting, tetap olahraga! Soalnya alamat Idul Fitri nimbun lemak dan nggak bisa pergi ke tampat nge-gym, karena dua bocahku nggak ada yang menjaga....hehehehehe.... Satu lagi, komunitas tempat ngegymku tetap ramai loh... Rencananya kita mau bikin buka bersama juga, malah ada yang belanja bareng buat Lebaran...:)