Thursday, February 12, 2009

pencarian ide


"Pi, gw ada ide."
"Pasti elo dari 'belakang' ya, tan."
Nyengir... dan langsung meluncurkan ide-ide yang aku dapat dari belakang.
Seringkali ide muncul dari 'belakang'. Di 'belakang', seringkali ketika bengong, ide-ide bisa muncul, dan biasanya sms atau telepon langsung aku lancarkan....
Untungnya, sih, selama ini jarang orang yang tahu kalau aku mengirim pesan atau menelepon dari 'belakang'...:)
Atau ketika ada ide untuk pekerjaanku atau kesibukanku lainnya, aku langsung merekamnya dalam otak, untuk mempermudah proses kesibukanku.

Lain waktu,
"Tante, elo lagi cari ide,ya," ujar seorang temanku ketika dia tidak mendapatiku di mejaku dan pergi ke 'belakang'.
"Gitu, deh..."
"Pantesan lama banget euy," ujarnya terkikik.

Lain waktu lagi,
Satu sms aku layangkan ke temanku berhubungan dengan pekerjaan.

Lagi buntu euy.. Butuh ide segar. Ada ide?

Kenapa nggak ke toilet (maaf-red), kan sumber ide elo disitu.

Masalahnya lagi nggak mau ke sana.

Paksain aja ke sana

Uihhh.. susahlah.... Ini susahnya kalau ide dari kamar 'belakang'. Nggak bisa diatur. Bukan, ide saja yang muncul, tapi kadang kalau bingung membuat prioritas pekerjaan, dari balik kamar 'belakang' bisa muncul prioritas-prioritas.
Kalau dulu di kantor lama, ketika bete mulai menyerang, aku sering ke kamar'belakang', bukan buat nongkrong tapi sekedar pakai lipstik atau bedakkan, kadang hanya untuk mengoleskan sedikit parfum ke tangan. Belakangan, kalau bete menyerang, aku ke pantry, mencampur kopi, susu, coklat dan gula menjadi minuman aneh khas aku.
Itu dulu... Sekarang 'belakang' jadi wilayah nyamanku.
Dan tahu nggak, baru-baru ini aku membaca buku chuck martin tentang coffe at Luna's, disitu dijelaskan ketika kita terjebak satu rutinitas yang seakan tak berujung, berhenti adalah satu langkah tepat. Membaca itu membuatku mengingat kegiatan 'belakang'ku, dimana aku memang benar berhenti dan langsung bermunculan ide. Ajaib.. tapi memang itulah yang kadang dibutuhkan orang. Setelah berhenti, langkah selanjutnya adalah mengubah... Artinya aku langsung menerapkan ide itu... Hmmm, gampang,kan?... Kemudian langkah terakhir adalah membagi, nah, dengan menulis note ini artinya aku lagi membagi...hihihihi...
Jadi kepikir lagi, jangan-jangan Chuck dapat ide tentang buku itu dari 'belakang' juga ya?...:)

Wednesday, January 21, 2009

2 Harmony yang Berbeda


"Kok bisa beda ya?" Pertanyaan itu muncul dari temanku ketika kami baru usai meeting. Yah, begitulah.. 2 anak yang dilahirkan dari rahim yang sama, Yang Menciptakan sama, dibesarkan dengan cara yang sama, punya sifat yang berbeda.

Kejadian 2 tahun yang lalu...
"Jadi ini huruf apa, Mas?"
Helmy hanya terdiam. Matanya memandang memelas ke arah kami. Agak nggak tega sih.. tapi kudu tega. Sempat terlontar kegemasan, kok lupa mulu, mas.... Sekali lagi mulutnya terkunci. Tertunduk lemas.

Kejadian 2 hari yang lalu....
"Itu warna apa, dek?"
Mata kecil itu memandangku tegas dan bertanya, "Warna apa, Bunda?"
Aku diam saja. "Bundaaaa... itu warna apa?" tanyanya lagi dengan suara agak nyaring.
"Bi...." jawabku sepotong.
"Biru, ayah," jawab Dafi tetap tak acuh.
"Ingat-ingat, dek, yang kayak begini-begini-begini, itu warna biru, ya," ujar ayahnya mengingatkan.
Dafi menoleh ke arah ayahnya dengan berkacak pinggang, "Iya, ayah, tadi kan dedek bilang itu warna biru. Gimana sih, ayah.."
"Kalau itu warna apa, dek?" tanya ayahnya lagi dengan setengah meringis.
"Warna apa, Bunda?"
Diam. "Bundaaaaa..... Itu warna apa?" balik ke prosedur awal.
"Pu....."
"Putih ayah. Itu warna putih, gimana sih ayah. Ini putih, ini putih, ini putih.. gitu.." dengan lagak mengajari
Nowo berujar singkat perlahan ke arahku, "Gawat, anak ini ngajarinnya harus pakai trik lain. Abis ini playgroup aja, say..."

Kejadin ketika liburan lebaran lalu...
"Helmy kemana, mas?"
"Ituuuu.." jawab Nowo sambil menunjuk puncak bukit teh yang jauh dari pandangan mata. Aku hanya bisa melihat 5 anak kecil berjalan mendaki bukit. Saat itu memang kami sedang berlibur di Pengalengan. Rumah saudara yang kami tumpangi berada di pinggir lembah bukit teh.
"Dedek mau ikut."
Perjalan mendaki.
"Bunda, bersihin sendal Dede," rengeknya sambil melepas sendal yang penuh tanah.
"Nggak papa, Dek, Bunda juga kotor. Cuma tanah ini."
"Nggak mau." Sedangkan kami baru menuruni lembah dan belum mendaki. Akhirnya, Nowo membersihkan sendalnya dulu.

Kejadian tahun-tahun lalu...
"Bunda, Mas My mau dibacain ini," pinta Helmy.Sepanjang aku membaca buku untuknya, dia akan tekun mendengar, sesekali bertanya hal-hal lebih detail.

Kejadian sekarang...
"Bunda, bacain dongggg..."
Baru membuka halaman satu. "Jangan yang itu, Dede mau yang ini, yang ada keretanya.." Sambil membuka halaman lain dan menunjuk bagian yang dia mau.

Bila mereka bandel, dan aku memperingatkan tegas.
Helmy terdiam. Kemudian,"Maafin Mas My ya, Bunda."
Dafi melotot, bahkan untuk nasehat yang tidak ada emosinya. Kemudian, "Bunda pulang aja, gih, ke rumah Eynag Ti naik angkot, jangan dianterin ayah..." dengan suara nyaringnya dan marah.. Biasanya, kalau aku ledek, "Bunda gak punya uang, Dek. Jadi gimana, dunk..." Dafi makin teriak emosi dan minta aku pulang.

Kalau aku cerita ke Nowo tentang ini, Nowo berujar,"kamu jadi ingat kejadian kamu ama Bapak ya?" :)

Benar-benar 2 harmoni yang berbeda... Tapi sumpah seru punya mereka.... Walaupun diciptakan dari Tangan Yang sama, tapi Creator sangat punya nilai seni yang tinggi, dan mempersembahkan 2 harmoni beda ini untuk kami. Luv u, boys....

Sunday, January 18, 2009

Kematian


Apa yang paling dekat dengan kita?... Jawaban dari email yg berulang kali aku terima itu adalah kematian. Memang kematian itu sebenarnya tanpa kita sadari sangat dekat dengan kita, sada-tidak sadar, suka-tidak suka kematian akan selalu datang ketika saatnya.
Mengapa tiba-tiba aku begitu concern tentang kematian? Tiba-tiba saja, menjelang akhir tahun, seorang teman, satu angkatan induction(masuk ke Telkomsel-red) dan satu tim PMO untuk product baru, menghadap ke Yang Maha Kuasa... Degh! Rasa itu menjalar begitu cepatnya. Aku merinding, apalagi mengingat usianya jauh lebih muda di bawahku. Aku juga masih tak percaya, karena setengah jam sebelum berita berpulangnya, aku sibuk memforward kebutuhan darah A+ untuknya. Rasa merinding itu makin merajai ketika aku mengetahui dia meninggal ketika melahirkan anaknya. Sebelumnya, teman satu angkatan inductionku juga meninggal, karena kebakaran rumahnya. Begitu cepat semua terjadi. Pertanyaan tentang kematian berkecamuk di otakku... Apa yang terjadi sesudah kematian? Adakah kami akan bergabung sementara sebelum ke tempat yang abadi?... Pertanyaan tolol sebenarnya, karena dari pelajaran agama yang aku tahu, ketika orang meninggal, putuslah semuanya, termasuk urusan dunia, kecuali 3 hal, yaitu amal, doa anak yang sholeh dan ilmu. Semua menjadi blur. Jadilah saat itu pertanyaan terus muncul di benakku, apa yang terjadi...apa yang terjadi.... dan ditambah, wadduh, kalau tiba-tiba umurku berhenti, puasaku belum lunas, sholatku amburadul dan aku masih punya anak-anak yang belum mandiri... uiihh..
Hingga, di suatu sore, aku bertemu dengan Oka di suatu cafe. Cerita bergulir seperti biasa. Obrolan kamipun masuk tentang kematian. Kapan aku mati? Pertanyaan itulah yang muncul di benak Oka. Dengan panduan dari komunitas pengajiannya, dia mencoba mencari jawaban. Kematian tetap suatu yang misteri, menurutku. Sampai ketika Oka menceritakan tentang buku Journey of Soul. Dimana di buku itu digambarkan kematian itu bukan sesuatu yang menakutkan, kita tetap akan kembali. Ada nilai-nilai lain yang membuatku ragu. "Tapi itu buku bukan buku Islam,kan?" tanyaku bodoh. Tentu bukanlah... Toh aku pernah membaca resensinya. Kata Oka, setiap soul itu rindu untuk kembali. Yup, I know.... Tapi tentang segala hal yang putus ketika orang meninggal adalah satu perkara yang tidak sependapat antara pikiranku dan pikiran Oka.
Selepas diskusi yang lumayan seram itu, pikiranku makin penuh, aku ingin membeli buku tentang ruh agar aku tahu apa yang Allah ajarkan pada kami lewat Kitab Suci Nya... Allah Maha Baik sekali.. Dibiarkannya aku mendapatkan jawaban semuanya dari seorang temanku, yang tidak diragukan keIslamannya. Setiap Ruh akan sibuk dengan urusan amalnya ketika menghadap... Artinya urusan dunia sudah diluar jangkauannya. Setiap manusia yang lahir diikuti oleh satu jin, yang disebut Goddham (benar gak tulisannya?), jadi ketika kita meninggal, suka muncul seperti kembarannya, itu adalah jin Goddham. Islam juga menjelaskan dalam Al-Qur'an, 100 hari seseorang sebelum meninggal, sudah ada tanda-tandanya. Hanya saja tidak semua orang memiliki keistimewaan itu.... Tanda-tanda itu Yoso kirim lewat email.
Tiba-tiba saja kepalaku berasa ringan, aku sudah mendapatkan jawabannya. Kematianku tetap suatu misteri. Yah, paling yang pernah terlontar di ucapanku ke Nowo, "kalau aku meninggal, anak-anak titipin ke Mbak Ari ya, lengkap dengan asuransi-asuransi untuk mereka. Aku takut mereka punya Ibu Tiri." Hahahahaha.. Nowo tertawa ngakak. Dia hanya bilang, ketika saatnya tiba, seharusnya aku mengikhlaskan segalanya. Waktu aku ceritakan itu ke Oka, dia nyengir smabil mengatakan,"Yah, Mel... suami-suami kita pasti nyari istri yang tipenya kayak kitalah. Jadi jangan takut."
"Maksudnya yang penuh kasih sayang?" Sahutku setengah nyengir. Okapun mengedipkan matanya.
Itu bagian narsis kami... Hanya saja gara-gara pemikiran kematian ini, Oka merasa dia menjadi lebih rajin sholat. Semoga saja akupun mulai menyiapkan bekalnya dan belajar ikhlas untuk semua yang ada di dunia ini.

Tuesday, January 06, 2009

Apa yang terjadi pada tahun 2008?

Flashback yang agak telat...
Tahun 2008 baru saja lewat, entah kenapa sejak seorang temanku, yang notabene sangat-sangat percaya dengan hitungan hongsui atau fengshui ala China, dan pernah sepontan menyatakan padaku bahwa tahun genap bagi waktu kelahiran seperti aku akan selalu dilalui dengan agak kerugian atau kemuraman, aku yang memang sih kebetulan sekali setiap tahun genap, mengalami hal-hal seperti susah menabung, nafsu kurang terkendali, keinginan-keinginan yang sering tak terjadi, jadi sering merasa omongan temanku ini semacam hiburan... Benar juga, ya...hehehehe...

Berikut kilas balik 2008, yang harusnya jadi pelajaranku :

- Tahun 2008, aku berharap bisa mulai berinvestasi lagi, setelah kami membeli rumah, yang kali ini benar-benar untuk ditinggali. Ternyata kebablasan... Karena pindah rumah berarti beli perabotan, membuat perabotan, mengisi ini-itu, dll....

- Tahun 2008, kegiatan sport tetap rutin... Karena pergi ke tempat gym pagi-pagi sekali berarti menghemat uang bensin (jalan lancar..maksudnya..). Networking makin luas. Teman makin banyak. Jarang sakit. Kulit berasa lebih sehat (kalo narsisnya kumat, sih, aku bilangnya lebih cling...hehehehe. Ini mah bohong besar..)

- Tahun 2008, kami pindah ke rumah kami yang baru (akhirnya...)

- Tahun 2008, aku sempat jadi agen Prudential. Iseng... Kalau kata teman-temannya Nowo di kantor, istri elo bikin apalagi sih, wo? Kok senang banget nyoba-nyoba..hehehehe. Tahu,kan, gagal jadi agen yang baik... Dapat 5 nasabah, target 7 orang lagi, menyerah. Ternyata jadi agen asuransi, lumayan capek. Tapi asyiklah, sempat dapat tambahan ilmu tentang dunia asuransi.

- Tahun 2008, emosi dibuat agak-agak kayak jet coaster nih.... Berawal dari masalah keluarga yang tidak selesai, kemudian Bapak jatuh sakit. 2 bulan di rumah sakit. Berselisih pendapat. Berkumpul karena Bapak dibilang kritis. Tertawa sambil menikmati soto di pinggir jalan berlima. Senang sekali, kami berlima menjadi sangat sekat satu sama lain (walau sebelumnya iya juga, hanya pertemuannya nggak sesering saat itu sih..), kami berlima saling bertukar kalimat motivasi, kami berlima saling membesarkan hati. Yup, kami hebat..(biasa... narsisku keluar lagi..). Kata Ibu, lima srikandi.

- Tahun 2008, aku dan Nowo juga sempat kemalingan 2 laptop, 1 kacamata butut di rumah. Karena ada orang asing masuk kamar kami, yang sebelumnya mengaku orang PLN. Nowo tenang sekali. Wawancara semua orang yang di rumah. Aku? Awalnya, sok tenang... Tapi, abis gitu, keluar juga mencak-mencakku ke satpam kompleks dan orang-orang rumah. Bukan rezeki atau kurang amal?..:) Mungkin.... Ujung-ujungnya ngurus surat kehilangan ke Polisi, wuiihhhh.. lama... dari jam 6 sore sampai jam 10 malam.... Nyatanya mereka speechless bagaimana menolong??.... Tapi sudahlah....

Kalau kata Amel, banyaknya cobaan yang diberikan oleh Allah ke seseorang (dia membesarkan hatiku waktu kejadian muram berturut-turut sampai menjelang akhir tahun, yaitu waktu aku kemalingan, waktu Bapakku belum sembuh-sembuh.. Keluar masuk rumah sakit... Sampai sekarangpun belum sembuh. Diabet akut), itu adalah untuk memasukkan kita ke list priority-Nya. Subhanallah... Menyenangkan kata-kata itu.....

Yang jelas 2008 sudah lewat, 2009 harusnya banyak yang aku tingkatkan. Being a better human is still my goal....

PS: tapi kenapa awal 2009, ada berita Gaza yang super menyedihkan... Benar-benar gak berperikemanusiaan...:((