Monday, June 18, 2007

Motivasi itu yang menguatkan

"Bu, Kiki sakit apa?"
"Kata Mbak Andri, sih, stress. Kan dia udah di kantor baru, Mel..."
"Iya, Meli tahu kok, Bu. Waktu Meli di Lampung, Kiki nelpon, Bu. Katanya dia gak betah."
"Iya, katanya sih, teman-teman barunya gak ramah. Mbak Andri sih ngebilangin dia kalo kerja dimana aja, namanya lingkungan baru emang begitu."
"Hehehehehehe.... kemarin Meli juga bilangin sih, Bu, sebagai orang baru, kita yang seharusnya menyesuaikan diri. Kayak waktu Mbak Ari baru masuk, Meli nyaranin agar Mbak Ari bawa cemilan gitu, terus sok akrab aja nawarin teman-temannya, ternyata berhasil."
"Malah sekarang kayaknya betah tuh," sambungku Ibuku.
"Adik-adik kita kayaknya emang nggak tahan bantingan, ya, Mel," teriak Mbak Ari dari arah dapur. Aku cuma mengangguk.

----
Mbak, g gak betah disini. G pengen udahan aja deh. Tp g mau ngapain yah mbak. G bingung, Mbak tapi g jg gak betah...
Sepotong sms mampir ke handphoneku. Aku tersenyum membacanya. Sms singkat dari Kiki, adik bungsuku, yang memang dari kecil sangat dimanja Ibu dan Bapak. Aku telepon adikku.
"Kenapa lu?"
"Gak tau, Mbak... gw takut...."
"Takut apa?"
"Gak tau takut apa."
"Ye... gw kayak ngomong ama Helmy (anak gw-red) aja. Ditanyain takut, gak tahu takut apa. Elo tuh udah 25 tahun, kayak anak kecil aja. Kalo Helmy yang ngomong gitu sih, gw maklum. Nah, ini..."
"Gw takut dibandingin"
"Ki..ki.... dimana-mana orang bekerja, pasti dibandingin. Nah, yang perlu elo pikirin gimana jadi yang lebih baik dari orang yang dibandingin ama elo. Sekarang gini deh, tanyain ama diri elo, enakkan mana gak punya uang atau punya kerjaan tapi harus berjuang?"
Kiki Diam.
"Elo bikin deh tabel plus-minus, kerja dan tidak kerja, terus elo bikin juga list masalah elo di kantor yang sekarang. Pasti abis itu, elo tau apa yang harus elo lakukan. Manusia itu kan org yang paling adaptable dan adjustable."
...... dan seterusnya.
Intinya, Kiki mungkin kecewa dengan situasi baru, dia gak bisa FreeHand, dia belajar, ternyata banyak kerjaan yang harus menggunakan freeHand yang tidak diserahkan ke dia, dan bosnya belum begitu 'ngeh' dengan kehadiran dia. Jadilah, pagi itu dia makin bete dengan omelanku. Bukan ungkapan kasihan yang dia dapat, yang ada seharusnya, seharusnya dan terakhirnya, terserah elo sih, ki....
Kalau diingat-ingat, akupun pernah mengalami ketidakpuasan di dunia kerja, lama malah... yaitu di kantor yang lama. Setiap hari, selalu Nowo, suamiku, melihat tangisanku, omelanku tentang tempatku bekerja. Dari yang merasa tidak diperdulikan, tidak dianggap sampai program karir kantor yang tidak jelas, Nowo dengan sabarnya mendengarkan, dan memberi saran. Aku menganggap sarannya sangat klise. Toh, aku tetap saja datang ke kantor, ada keinginan berhenti sih, tapi melihat Helmy, aku jadi tidak tega, bisa-bisa aku memberikan hal yang pas-pasan sekali buat dia. Belum lagi, lihat keinginan belanjaku, tambah tidak tega meninggalkan dunia kerja. Jadilah, aku berusaha menikmati tempat kerja, walaupun setiap pulang kerja, pusing kepala menyerang. Sampai pada satu titik, aku merasa harus bangkit. Mulailah, aku atur strategi di internal kantor dan external kantor (maksudnya mencari tempat kerja baru), plus terus berdoa. Motivasiku hanya satu, menjadi lebih baik, dan meninggalkan kantor lamaku dengan nama baik. Licik sih... tapi itulah... Aku menjadi lebih bersemangat, aku menjadi lebih terbuka, dan ternyata masalah-masalah yang aku hadapi hanyalah hal-hal yang kecil saja tapi menyakitkan...:-) Kiki memang tak pernah melihat betapa berdegupnya jantung ini di kantorku yang lama, betapa sumpeknya pikiranku ketika menginjakkan kaki di kantorku yang dulu, dan itu aku alami bertahun-tahun. Tapi di lubuk hatiku yang terdalam, Kiki bisa mengatasi semua itu, walaupun mungkin selambat aku dulu dalam membangun motivasi. Yang terpenting, bisa bukan??....:-)

No comments: