Friday, September 07, 2007

Dampak Merger

Pernah mengalami merger di dunia kerja? Aku pernah, tapi merger masih dalam tahap pemula. Aku mengalami dua kali merger. Pertama, pada akhir tahun 1999, kantor lamaku, yang masih berbentuk project office merger dengan induk perusahaannya, yang sudah lama exist di Indonesia, yaitu PT Siemens Indonesia. Dampak merger yang sangat aku rasakan hanyalah berkurangnya beberapa fasilitas, namun bertambahnya beberapa perlindungan. Seperti, uang kesehatan yang tidak bisa dihabiskan dengan semena-mena, dalam arti belanja susu, sabun, sikat gigi dan lain-lain dengan taktik membeli di apotek, tepatnya apotek melawai; reimbursement yang seenaknya untuk beberapa keperluan perjalanan dinas, yang ketika merger sudah bergabung dengan allowance yang kami terima; uang overtime yang lancar kami terima sesuai catatan kehadiran kami. Nah, fasilitas yang bertambah, yaitu uang kesehatan yang unlimited plafonnya, tapi tak bisa digunakan dengan semena-mena..:) Merger kedua, terjadi sekitar akhir tahun 2005, yaitu merger dua bisnis unit. Dampaknya sama dengan merger pertama, karena kami dari bisnis unit mobile network terbiasa dimanjakan dengan makan-makan gratis, workshop kemana saja, memilih type laptop, belum lagi voucher belanja, jatah handphone plus pulsanya. Ketika merger dengan bisnis unit fixed network, semua fasilitas nyaris lenyap, bahkan ingat sekali ketika kami pertama kali gabung pas bulan Ramadhan, grup baru kami akan mengadakan buka puasa bersama, bos kami yang super kalem sempat memberi saran dengan suaranya yang perlahan ke Mbak Menik, team asisten kami, "Boleh.. tapi dananya setiap orang 100 ribu,ya"
Spontan, salah satu temanku, Silvi, yang duduk di baris paling depan langsung berteriak,"Hari gini 100 ribu!" Hahahahaha... Tapi bukan itu saja efek tidak enaknya merger yang terakhir, Bosku dulu sangat-sangat ingin menonjolkan anak buah lamanya, yang memang bisnis mereka, fixed network, sedang mengalami tingkat stagnan. Jadilah, perlombaan dimulai, dan aku tersudut.
Untunglah aku terselamatkan, ketika bahaya merger ketiga mulai berdengung. Sekarang posisiku adalah pendengar cerita-cerita teman lamaku tentang company baru mereka, yaitu PT Nokia Siemens Networks. Dari ketimpangan gaji, pekerjaan yang makin melimpah ruah (yah, jelas.. wong pekerjaan tiga orang di siemens harus dikerjakan oleh satu orang di Nokia), post power syndrome sampai terdepaknya beberapa orang. Miris dan bersyukur sudah selamat. Miris karena hidup memang keras. Kepintaran seseorang bukan andalan lagi untuk membuat posisinya aman, tetap banyak faktor yang menentukan, dari communication skill, how to behave to others sampai tentu saja garis tangan dari Yang DiAtas. Pastilah, keadaan awal merger dua company besar akan tidak mengenakkan buat semua pihak. Masa transisilah buat mereka. Beberapa yang sudah menjadi tradisi perusahaan harus berubah. Beberapa planning dari perusahaan harus juga berubah, dan kalau begini, siapa yang merasa terjepit? Pertama, yah, manajemen, sih.. kedua, yah, para staff... Terjepit, terus terdesak dan harus tetap bekerja, agar dapur tetap ngebul. Bahkan yang sangat-sangat menakjubkanku, ketika sahabat yang juga mantan bosku bertanya via telephone, " Mel, gw mau resign deh. Ada lowongan gak disana?"
Spontan, responsku:"Hah?! Gw nggak salah dengar nih? Bukannya Siemens itu udah mendarah-daging buat elo?"
Jadilah Temanku ini protes. Optimis mungkin bisa surut ketika situasi seperti yang dia alami. Kalau begini, kadang ada angan yang memenuhi benak, kapankah aku punya perusahaan sendiri?..Walah....

PS: Buat teman-teman di luar sana, tetap semangat!!

1 comment:

cecep said...

salam kenal mba meli (gapapa kan manggilnya meli).. mba, aku tau dari blognya mas anjar, mba kerja di tsel ya.. aku boleh tau sistem rekrutmennya ga yang via experd? atau aku boleh minta emailnya mba meli? pengen nanya2 sedikit soal tsel :) makasiy ya mba sebelumnya..