Thursday, October 09, 2008

Masih Ada Malaikat yang Terbangun


Selasa senja. Ibu menelpon memberitahukan Bapak sakit lagi dan kemungkinan harus masuk ruang ICU. Aku masih berkomentar, "kemungkinan,kan, bu? Mudah-mudahan aja nggak. Ntar kasih tau mel aja ya kalo masuk."
Tak lama, Kiki, adikku, menelpon.
"Mbak, Bapak harus masuk ICU. Paru-parunya kemungkinan sudah terendam air, dan tadi nafasnya sempat berhenti. Dokter bilang sudah parah, jadi ikhlasin aja."
Aku terdiam. Aku, kakak-kakakku dan adik-adikku tidak begitu dekat dengan Bapak. Dengan segala kekurangannya, dengan segala tingkahnya memperlakukan kami dan Ibu, membuat kami kesal dengannya. Ibu yang terus menerus mengajarkan kami berjiwa besar.
Nyatanya, saat itu, ketika aku bercerita dengan Nowo, suamiku, yang di sampingku, airmataku keluar. Kekurangan Bapak seakan tak menghapus kesedihanku.
"Ayo, kita ke rumah sakit," ujar Nowo langsung bergegas mengganti baju olahraganya segera.
Ibu sempat menelpon lagi, memberitahukan ruang ICU di Carolus penuh. Sekarang adik iparku, suaminya Erna, sedang mencoba menghubungi rumah sakit MH Thamrin.
---
Sepanjang jalan, Hpku selalu aktif.
Sesampainya di rumah sakit, aku melihat Erna dan Kiki sedang sibuk menelepon semua rumah sakit. Akupun kemudian tenggelam, mengingat, mengecek ke 108 dan menelpon semua rumah sakit yang kami tahu. Semua rumah sakit itu penuh ruang ICU nya. Ada yang kosong, tapi tak mau menerima Bapak, penderita penyakit gula yang parah. Di rumah sakit itu, penderita kayak Bapak harus dimasukkan ke ruang Isolasi, dan ruang isolasinya penuh. Mbak Andri dengan profesinya mencoba mencari jalur ke rumah skait-rumah sakit. Nyatanya, memang penuh. Semua saudara dariku ataupun Nowo yang berprofesi sebagai tenaga kesehatan kami coba hubungi. Tetap tak ada ruang yang tersedia.
"Apakah malam ini malaikat Izrail sedang banyak bergerilya, ya?" gumamku sekilas.
Terbayang Bapak di ruang UGD dengan selang-selang oksigen dan tidak boleh tertidur. Miris. Jamu tolak angin sempat menemani kami mengatasi angin malam di lobby carolus.
Sekitar jam 11 malam. Nowo membroadcast sms permohonan bantuan untuk orang-orang yang punya kenalan tenaga medis dimana saja untuk membantu ke teman-temannya. Satu persatu membalas. Nowo mencoba menghubungi nomor hp yang diberikan. Tidak diangkat. Iyalah, jam 11 lewat saat itu...
Sampai akhirnya, ada satu sms masuk yang memberikan 3 nomor seluler untuk dihubungi. Nowo menghubungi nomor itu. Malaikat yang belum pernah kami kenal sebelumnya mengangkat telepon, mungkin di tengah tidurnya, ada bisikan untuk menolong kami. Dengan sigap, dia mencoba cek keadaan rumah sakit tempat dia bertugas. Tak lama, berita baik kami terima. Ruang ICCU masih tersedia. Aku sempat memberitahukan Ibu tentang ini. Ibu yang saat itu di rumah karena penyakit vertigonya kumat, agak aneh mendapati rumah sakit yang jauh dari jangkauan kami, di bilangan mangga besar, bayangkan.... "Terserahlah, nduk, Ibu ikut aja." Dengan berbekal sebuah nama dari malaikat yang tak kami kenal, kami mengkoordinasikan semuanya. Dalam bilangan satu jam, kami menuju rumah sakit tersebut dan menyerahkan pada yang ahlinya. Malaikat itu tak hanya berhenti mereferensikan kami, tapi juga memantau keadaan Bapak pada siang harinya, dan mengirimkan pesan singkat tentang keadaan Bapak ke kami. Sampai sekarangpun, kami belum bertemu malaikat yang masih terbangun saat itu. Hanya rasa syukur dan terima kasih untuk pertolongannya yang kami tak lupa. Terima kasih untuk semuanya....Karena dialah, kami akhirnya bisa istirahat di rumah kembali pada pukul 3 pagi dan karena dialah, Bapak mendapatkan pertolongan yang tepat....

1 comment:

Elsa said...

wow
bisa dibayangin gimana keadaan waktu itu. campur aduk yaa..
bingung, sedih, capek, pingin marah, lengkap deh pokoknya..
soalnya aku juga punya pengalaman serupa kayak gitu...

well, semoga Bapak bisa lebih baik ya, kalo bisa.. sembuh total. bagaimanapun dia, tetaplah bapak kita. iya kan?