Thursday, January 06, 2005

Berat badan

Kata satu ini sepertinya kata kunci untuk para wanita. Bayangkan saja, gara-gara kata ini saya bisa bercakap panjang lebar dengan tetangga, yang notabene ibu beranak satu juga seperti saya. Padahal, seumur-umur saya jarang bisa bicara panjang lebar dengan yang namanya tetangga, sebatas kata 'halo' atau 'darimana,bu' atau yang paling panjang 'udah lama gak kelihatan'.Dan dengan si ibu satu ini, saya sempat basa-basi menanyakan resep kurus beliau. Jadilah, yang namanya wanita, mau diperhatikan siapapun, tetap suka...... dengan bangganya, dia memaparkan resepnya, dari suntik akupunktur dengan dokter kenamaan di sekitar wilayah kami, senam yang seminggu tiga kali sampai-sampai resep makan yang jitu agar lebih langsing.Saat itu saya manggut-manggut sambil sesekali menambahkan beberapa dampak dari giat berolahraga. Dan bisa ditebak dong, dengan mata yang makin berbinar, si ibu mengiyakan komentar saya dan menceritakan efeknya pada saya. Ajaib memang. Tapi itulah fenomena yang terjadi diantara para wanita, termasuk saya. Saya sempat kecanduan menurunkan berat badan dengan semangat. Awalnya, waktu saya dinyatakan hamil yang kedua. Otomatis, kunjungan ke dokter kandungan harus kembali dilakukan. Saat itu, betapa kagetnya saya waktu mengamati angka di timbangan digital rumah sakit. Bayangkan, 62 kilo. Berat itu lebih besar daripada berat sesudah saya melahirkan anak pertama. Jelas saat itu sudah sangat telat untuk menurunkan... wong sedang hamil. Sudahlah, saya pasrah dengan keadaan itu, yang penting anak saya sehat dan normal. Dilalahnya, ketika kandungan menginjak usia 8 minggu, saya keguguran. Langsung besoknya, saya perintahkan pembantu saya untuk menyediakan makanan rebus khusus untuk saya. Labu siam rebus, tahu rebus, tempe rebus, sampai kentang rebus. Menu ini hanya bertahan 1 minggu... terus terang, bosan!!... dan ujung-ujungnya si labu siam rebus ini saya jadikan sebagai camilan di kantor.
Selain makanan, saya benar-benar ngubek artikel tentang cara langsing, disitulah saya mulai beraksi.... Saya bisa dengan tabah mengatakan 'no' pada makanan bertepung (seperti gorengan), coklat, kue-kue berlemak dan makanan weekend keluarga kami (untuk satu ini, saya hanya minum air mineral, kalau suami dan anak pergi ke restoran fast food), belum lagi ditambah berolah raga setiap malam. Hebat,kan?... kalau ingat itu, terus terang berat untuk mengulangi lagi. Alhasil, dalam waktu 6 bulan, saya bisa mengurangi berat 10 kilo.Bangga memang, apalagi bila bertemu teman kuliah, mereka dengan irinya memandang saya. Karena saya satu-satunya yang sudah mempunyai anak, dan badan saya masih seperti jaman kuliah dulu. Layaknya, atlet yang menang di olympiade, saya dengan sumringahnya membagi resep dan bersedia mengkopi VCD senam saya untuk mereka. Tentu saja kesumringahan saya masih saya coba tutupi dengan kata-kata yang bernada rendah hati.Tapi itulah wanita... selalu ingin tampak indah di hadapan orang lain. Rela mengeluarkan uang berapapun untuk mewujudkannya. Seperti teman saya, yang lumayan borju, dia langsung menyewa personal trainer, untuk memandu dia mengolah tubuh. Kalau ditanya biayanya, uiihhh.. terus terang melebihi uang susu anak saya. Lalu ada juga, salah seorang teman saya, yang ikut program pelangsingan seperti layaknya para selebriti. Dan biayanya, makin membuat saya ternganga. Untungnya, dengan biaya yang tak besar, saya termasukbyang paling berhasil.
Seharusnya usaha untuk terus berolahraga dan menjaga makanan tak boleh berhenti begitu saja, saat ini berat badan saya mulai menunjukkan angka 53 kg. Saya mulai cemas tapi malas untuk mengulangi program yang dulu. Waktu saya mengutarakan ini diantara teman-teman wanita, ternyata mereka juga sedang ingin menurunkan berat badan karena mau hamil lagi. Jadi menurut teori kami, kalau berat badan kami lebih kecil dari sekarang, dan hamil, tentu lebih mudah menurunkan setelahnya, bukankah demikian?
Dari diskusi kami itulah, saya jadi ingat lagi bahwa berat badan untuk para wanita bisa menjadi hal yang sensitif, seperti teman kuliah saya, yang bisa lebih marah karena dibilang lengannya besar, atau tubuhnya besar daripada diejek dengan kemampuan otaknya, atau bila disebut, 'otak kamu seperti komputer XT'. Dan waktu saya ceritakan ke teman-teman wanita saya, mereka sempat komentar 'jangan-jangan teman kamu tidak tahu komputer XT' terus terang untuk satu ini saya tidak yakin... tapi begitulah....

NB: coretan iseng, yang niatnya mau dikirim ke gado-gado femina

No comments: