Saturday, August 12, 2006

Apresiasi

"Benar Ibu seperti yang kamu tulis, Nduk?" tanya Ibu di hari Ibu tahun lalu mengenai tulisan kecilku tentang Beliau. Aku hanya mengangguk kecil.
"Kamu selalu bisa membuat Ibu terharu," lanjut Beliau. Aku tersenyum jengah sambil mengelus-elus punggung Ibu.
Aku tahu sekali ketika itu perasaan Ibu pasti sangat bahagia, mendapatkan satu bentuk penghargaan kecil dariku. Yang kalau aku pikir-pikir sendiri tidak sebanding dengan apa yang sudah Ibu berikan selama ini. Mengingat itu, aku jadi ingat tentang tulisan di salah satu buku yang sedang kupelajari, yaitu apresiasi atau penghargaan, di dalam buku itu ditulis bahwa apresiasi atau penghargaan sekecil apapun itu mampu membuat orang terkenang walaupun mungkin yang memberikan penghargaan tersebut sudah sangat lupa tentang hal yang satu itu.
Mungkin itulah yang dirasakan Ibu, berbunga-bunga, terharu dan bahkan kata seorang adikku, airmata Ibu berlinang membaca tulisanku. Aneh, padahal saat aku bercerita tentang Beliau, aku tak pernah membayangkan kejadian seperti itu. Aku hanya ingin menghias hari Ibu tahun lalu bisa lebih indah dari sebelumnya. Nyatanya, toh, teori di buku tersebut benar lagi.
Di kala penghargaan sangat jarang ditemui, namun ada saja orang yang mendapatkan penghargaan kecil seperti mendapatkan air di padang pasir. Sebegitu besarnyakah efek sebuah apresiasi?...
Besar tidaknya efek apresiasi itu sendiri sebenarnya tak ada nilai standarnya. Karena mungkin ucapan terima kasih bagi seseorang akan bisa memberikan energi beribu kali lipat, bisa jadi transfer-an bonus di rekening pribadi bisa menjadi energi yang menghasilkan beribu semangat untuk menjadi yang terbaik bagi seorang karyawan, atau bahkan perjalanan titik karir yang jelas bisa jadi pemicu dan penghargaan bagi yang terbaik. Dan mungkin itulah, beberapa rekanku sering mengatakan sebuah proyek sebagai proyek 'thank you'. Aih..aih.. kalau begini mungkin ada kesalahan standard atas si pemberi penghargaan dengan si penerima. Bisa jadi si pemberi merasa cukup memberikan ucapan terima kasih, sedangkan si penerima merasa harus ada yang dibayar atas segala effort yang dia keluarkan.
Yah..itulah apresiasi. Terus terang, aku dulunya hanya memandang apresiasi di dunia kerja. Bukan hal yang salah sih, mengingat 12 jam dalam sehari aku habiskan di kantor. Sampai-sampai aku merasa bosan, bangkit kembali, bosan kembali lagi menunggu standard apresiasi menurutku terwujud, yang terus terang jauh dari standard apresiasi perusahaan. Toh, ujung-ujungnya aku harus menerima semua. Mengalah karena bukan penguasa. Setidaknya, aku mulai menurunkan standard apresiasi yang aku harapkan, kalau aku ingin bisa bekerja dengan tenang.
Dan akhir-akhir ini, ketika Ibu dengan terharunya mengucapkan rasa terima kasih, atau ketika Helmy memelukku karena aku membacakannya cerita, aku merasa melihat bentuk lain apresiasi, yaitu apresiasi di lingkungan keluarga... Jadi ingat sekali, ketika Pak Ashar, trainer leadershipku sempat menggelitik kami dengan pertanyaan,"Kapan terakhir kali anda memuji pasangan anda? Ini khusus buat yang sudah menikah,loh...." Hampir semua peserta training tersentak. Aku sempat tersentak mengingat apakah di minggu ini aku sempat melontarkan satu pujian pada suami?... Wah, kalau ini saja membuat kami tersentak, apalagi ditanya bentuk apresiasi ke orang lain,ya?...

No comments: