Wednesday, March 14, 2007

Dafi mulai berjalan...

"Dek, dek, Bunda kasih deadline ya.. Maksimum tanggal 10 Maret, harus sudah berani jalan, tanpa dituntun," kataku sambil mengelus-elus kepala bungsuku yang sedang sibuk mengobrak-abrik perabotan dapur.
"Ih, Emaknya Dafi gokil. Emang berita, ada deadlinenya," ujar kakakku mendengarkan ucapanku.
Aku nyengir-nyengir tak jelas. Ucapanku sebenarnya setengah becanda tapi setengah serius juga untuk menyemangati anakku. Walaupun, aku sendiri tidak tahu apakah anakku mengerti arti kata deadline.
---
9 Maret 2007
"Dek, dek... tinggal besok loh waktunya," aku mengingatkan Dafi, yang hanya memandangku dengan mata bulatnya.
"Emaknya Dafi gokil!" teriak kakakku lagi.
---
10 Maret 2007
Hari Sabtu. Kebetulan aku seharian di rumah. Aku lupa dengan deadline yang aku canangkan dengan seenaknya. Seperti biasa bila aku di rumah, Dafi selalu menarik kelingkingku untuk diajak berjalan keliling area rumahku. Bila rasa bosan hinggap, dia akan menarikku ke arah luar. Dan biasanya, "Dek, jangan tarik Bunda keluar dulu... Bunda masih pakai celana pendek nih," ujarku sambil mengangkat tubuhnya dengan paksa. Dan seperti biasa juga, Dafi akan teriak-teriak jengkel.
Kalau dipikir-pikir, dia berjalan dengan pegangan ujung kelingkingku tak ada gunanya bukan? Tetap saja keseimbangan tubuhnya harus disanggah dirinya sendiri, bukan?
---
11 Maret 2007
"Wah, Dek, deadline kamu udah lewat nih..." kataku tiba-tiba ketika ingat bahwa hari itu sudah tanggal 11 Maret.
"Bunda tenang aja, sebentar lagi juga bisa, kok," bela Bulikku.
Siang harinya...
"Ayo, Dafi! Jalan lagi." Suara sepupuku terdengar dari arah teras rumah kami. Aku beranjak untuk mengintip aktifitas kedua orang itu. Dan dengan mata kepala sendiri, aku melihat Dafi melangkahkan kaki ke arah sepupuku.
"Dafi hebat!" teriakku dari dalam rumah. Mata Dafi langsung melihat ke arah jendela, dan ketika menemui sosokku, dia dengan spontan langsung menjatuhkan diri.
Walah, aku baru ingat, anakku ini selalu begitu bila mendapati aku memergoki kegiatan berjalannya tanpa bantuan. Menurut laporan tetanggaku, bulikku, sepupuku sampai Helmy, anak sulungku, si bungsu Dafi ini sering tanpa sadar berjalan sendiri tanpa bantuan. Tapi ketika dia mendapati orang lain melihat, dia langsung menjatuhkan diri atau bersandar ke tembok.
"Siapa bilang anak kecil gak suka bohong," begitu kata temanku ketika aku menceritakan hal ini. Hehehehe... aku jadi agak setuju dengan ungkapannya. Kadang-kadang anak kecil begitu pintar mencari alasan.
Selanjutnya, aku berpura-pura bersembunyi di balik pintu, dan terus kuamati gaya berjalannya tanpa bersuara.
"Dafi bisa jalan, Bunda!" Teriak Helmy, ketika dia tertarik mengintip pula. Kegiatan dafi berhenti lagi. Aku langsung memberi isyarat ke Helmy agar diam. Tapi yang namanya Helmy, dia malah membuka pintu dan melihat Dafi tanpa halangan. Syukurnya, Dafi tetap terus berlatih...
Itulah awalnya... Kemudian bisa ditebak, dia terus berjalan di dalam rumah. Gemas dan terharu melihatnya.
"Dedek hebat. Hanya telat 1 hari dari deadline," pujiku sambil mengelus kepalanya yang mulai mengeluarkan bau asem yang paling enak sedunia.....


For Dafi: Bunda's first story for you....

No comments: