Friday, April 25, 2008

Kerja..Kerja.. dan Kerja...

Apa yang membuat orang merasa hidup?... Pertama, bernafas. Kedua, Bergerak. Ketiga, Berarti...
Dangkal ya tebak-tebakannya? Tapi, pernah nggak kepikir bergerak dan berarti itu adalah termasuk bagian dari suatu proses berkarya? Contoh, bergerak artinya melakukan sesuatu, artinya lagi ada yang dihasilkan; berarti adalah apa yang dihasilkan bisa bermanfaat, at least buat diri sendiri.
Itulah yang sering aku jadikan tameng ketika teman-temanku mulai menceritakan asyiknya jadi Full mother. Intinya, sih, kalau aku harus mengalami itu, ada adaptasi besar yang harus aku lakukan untuk tetap betah di rumah dengan aktifitas yang luar biasa panjangnya dibandingkan aktifitas kantor. Selain itu, umumnya Full mother itu menjadi sangat keibuan, sedangkan working mom itu lebih praktis. Selebihnya, akhir pekan buat Ibu bekerja sepertiku sangat istimewa, kalau mengutip istilahnya Helmy, "Asyik, sekolah tinggal sehari. Hari Sabtu bisa barengan deh ama Bunda, Ayah dan Dafi". Dan ujungnya, akhir pekan adalah hari absolut punya dua bocahku.
Ada plus-minusnyalah....
Kerja juga adalah tempat melatih mental dan strategi. Dulu, aku pernah punya teman yang kerja di Siemens hanya setahun atau 6 bulan, padahal gaji dia itu kalau dilihat pasti lebih kecil dibandingkan pengeluaran bulanannya. Bayangkan saja, bedaknya merk YSL (asli, bukan sample atau kosmetik YSL level bazar Jamsostek), mobilnya New Eyes. Usut punya usut, Bapaknya adalah pengusaha subkon perminyakan. Waktu aku nebeng dia pas pulang kerja, dia cerita,"Aku, mbak, kayaknya gak lama di Siemens. Aku perlu mempelajari kepegawaian, bagaimana tingkah laku dan perasaan seorang staff."
Dia bercerita dengan nada datar. "Mau bikin perusahaan ya?" tanyaku bodoh.
"Belum tentu sih, Mbak. Cuma aku merasa perlu kerja di perusahaan orang lain."
Karena itu, kadang menurut pengamatan sesaat sih, orang yang bekerja umumnya lebih handal dalam pemecahan masalah atau menyikapi masalah. Bagaimana tidak, selama di kantor kita bisa ketemu orang dengan berbagai keunikan, suka-tidak suka kita tak pernah bisa memilih teman kerja seperti apa, semua harus bersinggungan ditambah pekerjaan yang menunggu hasil. Wadduh, sempurnalah tempaan mental kaum pekerja!
Jadi, jadi ingat suatu kejadian, yang masih hangat terjadi di tempatku bekerja. Ceritanya, tempatku bekerja ini baru resmi ada pemecahan 2 divisi dalam satu subdir. Aku terpilih di Business Incubation (BI). Sempat protes sama GM-ku, ternyata pemilihannya karena selama ini pekerjaanku sering bersinggungan denga orang Produk. Jadilah, aku dan 3 orang temanku, menggodok konsep Business Incubation, yang konsep kerjanya benar-benar beda dengan yang selama ini kami lakukan. Seorang temanku terpilih sebagai leader-nya.... Divisi lainnya adalah Technology Planning (TP). Candaan mereka sih, mereka adalah kaum Teknokrat. Balas candaan dari Aku, "Teknokrat kan Teknologi Nol Karat..hehehehe.. means kalau udah 24 karat baru ke BI".
Lain kali, peristiwa yang sempat terekam diantara peristiwa yang berserakkan lainnya.
"Kalau elo yang gabung ke BI gimana?"
"Ma kasih deh," dengan lambaian tangan.
"Nyeleneh banget sih, kalian... Sama-sama kerja aja, nyeleneh gitu... Emang BI haram ya? Sampai segitunya," sahutku agak sewot.
"Ih, Tante marah.."
"Yah, nggak.. Cuma masih sama-sama kerja aja nyeleneh gitu."
Lain kali lagi,
"Jadi BI belum pernah ngasih rekomendasi ke Direktur?"
"Yah, belumlah... Tahu karena apa? Karena BI itu menganalisa, mentrial, memikirkan bisnis model untuk suatu produk baru. Sekarang gw tanya sama elo, dalam waktu sebulan, mungkin gak suatu rekomendasi produk keluar?"
Temanku menggeleng.
"Beda sama TP. Kalian kan bikin konsep, sedangkan kita sampai trial market. Jadi yah gak secepat kalian."
Lain kalinya lagi, sebuah imel tentang pemaksaan nraktir buat seorang temanku yang akan bekerja di Nigeria diluncurkan dari IP-ku.
Komentar yang masuk, yang menggelitik dan mengangkat ke-narsis-an,
Tante, dua-duanya kan anak TP. Yang mau melepas masa lajang, anak TP. Yang mau cabut, anak TP. Masa BI mau ikut-ikutan ditraktir...
Wah.... Padahal kan suasana kayak begini untuk pengakraban.
Banyak-banyak deh peristiwa yang terjadi dalam penyesuaian dua divisi. Seringnya, sih, BI yang orangnya cuma 4 orang, menjadi kaum minoritas yang diolok-olok. Maklum sekali, karena mereka jauh lebih muda dari aku. Maklum sekali, karena mereka bangga dengan divisi mereka. Maklum sekali, BI bukan orang Teknologi, hanya bisnis, sampai-sampai budget BI dipertanyakan sebagian dari mereka dialokasikan buat apa. Orang-orang tersebut lupa, kami punya tanggung jawab produk baru yang butuh di trial, disosialisasikan. Maklum sekali. Hanya yang suka terlintas di pikiran, kapan dewasanya yah kalau kita sibuk membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain? Kapan dewasanya, kalau apapun masalahnya, kantor adalah tempat bekerja, bukan tempat untuk mengolok? Satu lagi, sadarkah mereka, bahwa kami ataupun mereka cuma di level yang dibayar bukan yang membayar. Jadi masih sama......:)
Makanya, kenapa orang bekerja menjadi lebih cepat dewasa, karena sejalan dengan waktu pasti akan banyak belajar dari melihat, dari bersikap, dari bertemu.... Belum lagi, dari pertemuan, dari bekerja sama, yang awalnya perselisihan, akan mungkin menimbulkan perkawanan yang erat. Nah kalimat terakhir itu contoh aku dengan tim Pak AS. Kami jadi solid dan diskusi apapun lewat email.
So, kerja..kerja...dan kerja...:) *sebelum ke level pengusaha, kapan ya?*...:)

No comments: