Sunday, January 18, 2009

Kematian


Apa yang paling dekat dengan kita?... Jawaban dari email yg berulang kali aku terima itu adalah kematian. Memang kematian itu sebenarnya tanpa kita sadari sangat dekat dengan kita, sada-tidak sadar, suka-tidak suka kematian akan selalu datang ketika saatnya.
Mengapa tiba-tiba aku begitu concern tentang kematian? Tiba-tiba saja, menjelang akhir tahun, seorang teman, satu angkatan induction(masuk ke Telkomsel-red) dan satu tim PMO untuk product baru, menghadap ke Yang Maha Kuasa... Degh! Rasa itu menjalar begitu cepatnya. Aku merinding, apalagi mengingat usianya jauh lebih muda di bawahku. Aku juga masih tak percaya, karena setengah jam sebelum berita berpulangnya, aku sibuk memforward kebutuhan darah A+ untuknya. Rasa merinding itu makin merajai ketika aku mengetahui dia meninggal ketika melahirkan anaknya. Sebelumnya, teman satu angkatan inductionku juga meninggal, karena kebakaran rumahnya. Begitu cepat semua terjadi. Pertanyaan tentang kematian berkecamuk di otakku... Apa yang terjadi sesudah kematian? Adakah kami akan bergabung sementara sebelum ke tempat yang abadi?... Pertanyaan tolol sebenarnya, karena dari pelajaran agama yang aku tahu, ketika orang meninggal, putuslah semuanya, termasuk urusan dunia, kecuali 3 hal, yaitu amal, doa anak yang sholeh dan ilmu. Semua menjadi blur. Jadilah saat itu pertanyaan terus muncul di benakku, apa yang terjadi...apa yang terjadi.... dan ditambah, wadduh, kalau tiba-tiba umurku berhenti, puasaku belum lunas, sholatku amburadul dan aku masih punya anak-anak yang belum mandiri... uiihh..
Hingga, di suatu sore, aku bertemu dengan Oka di suatu cafe. Cerita bergulir seperti biasa. Obrolan kamipun masuk tentang kematian. Kapan aku mati? Pertanyaan itulah yang muncul di benak Oka. Dengan panduan dari komunitas pengajiannya, dia mencoba mencari jawaban. Kematian tetap suatu yang misteri, menurutku. Sampai ketika Oka menceritakan tentang buku Journey of Soul. Dimana di buku itu digambarkan kematian itu bukan sesuatu yang menakutkan, kita tetap akan kembali. Ada nilai-nilai lain yang membuatku ragu. "Tapi itu buku bukan buku Islam,kan?" tanyaku bodoh. Tentu bukanlah... Toh aku pernah membaca resensinya. Kata Oka, setiap soul itu rindu untuk kembali. Yup, I know.... Tapi tentang segala hal yang putus ketika orang meninggal adalah satu perkara yang tidak sependapat antara pikiranku dan pikiran Oka.
Selepas diskusi yang lumayan seram itu, pikiranku makin penuh, aku ingin membeli buku tentang ruh agar aku tahu apa yang Allah ajarkan pada kami lewat Kitab Suci Nya... Allah Maha Baik sekali.. Dibiarkannya aku mendapatkan jawaban semuanya dari seorang temanku, yang tidak diragukan keIslamannya. Setiap Ruh akan sibuk dengan urusan amalnya ketika menghadap... Artinya urusan dunia sudah diluar jangkauannya. Setiap manusia yang lahir diikuti oleh satu jin, yang disebut Goddham (benar gak tulisannya?), jadi ketika kita meninggal, suka muncul seperti kembarannya, itu adalah jin Goddham. Islam juga menjelaskan dalam Al-Qur'an, 100 hari seseorang sebelum meninggal, sudah ada tanda-tandanya. Hanya saja tidak semua orang memiliki keistimewaan itu.... Tanda-tanda itu Yoso kirim lewat email.
Tiba-tiba saja kepalaku berasa ringan, aku sudah mendapatkan jawabannya. Kematianku tetap suatu misteri. Yah, paling yang pernah terlontar di ucapanku ke Nowo, "kalau aku meninggal, anak-anak titipin ke Mbak Ari ya, lengkap dengan asuransi-asuransi untuk mereka. Aku takut mereka punya Ibu Tiri." Hahahahaha.. Nowo tertawa ngakak. Dia hanya bilang, ketika saatnya tiba, seharusnya aku mengikhlaskan segalanya. Waktu aku ceritakan itu ke Oka, dia nyengir smabil mengatakan,"Yah, Mel... suami-suami kita pasti nyari istri yang tipenya kayak kitalah. Jadi jangan takut."
"Maksudnya yang penuh kasih sayang?" Sahutku setengah nyengir. Okapun mengedipkan matanya.
Itu bagian narsis kami... Hanya saja gara-gara pemikiran kematian ini, Oka merasa dia menjadi lebih rajin sholat. Semoga saja akupun mulai menyiapkan bekalnya dan belajar ikhlas untuk semua yang ada di dunia ini.

No comments: