Monday, May 16, 2005

Pelajaran dari Anak kecil

Kemarin sore, aku tak sengaja melirik satu buku yang agak kucel di sudutnya, berjudul "Latihan menulis huruf Arab". Kuraih buku biru itu dari atas meja, dan kuperhatikan satu persatu halaman buku itu. Jelas terlihat buku itu berisi rangkaian huruf-huruf Arab, dari Alif sampai Iya', dan dibawah setiap huruf, ada kolom berisi titik-titik yang bisa diikuti siapapun yang ingin berlatih menulis huruf Arab ini. Hampir seluruh halaman terisi penuh oleh goresan, yang kurang sempurna sesungguhnya, tapi tetap membuahkan kekaguman di hatiku. Goresan itu hasil karya anakku, Helmy, yang berusia 3 tahun 5 bulan.
Helmy memang terdaftar di musholla dekat rumahku sebagai murid TPA setiap senin sampai kamis sore. Itupun bukan karena inisiatifku, dia sendiri yang datang, dan ikut mengaji bersama teman-temannya. Bagiku, sangat susah untuk mulai mengenalkan Helmy baca tulis Al-quran di usianya yang masih dini. Memang, saat inipun dia terbilang murid yang paling muda disana, dan kemungkinan dia ikut mengajipun karena sebagian besar temannya yang berusia 5 tahunan mengaji disana. Tak heran, bila aku sering mendapat laporan bahwa anakku mengaji di pangkuan Ustadzahnya atau dipakaikan baju koko oleh Ustadzahnya. Pernah juga, aku ditelpon oleh Mbahnya, untuk menanyakan pensil warnanya, karena dia ingin menulis dengan pensil warna.
Begitulah Helmy dengan mengajinya, yang sering terlepas kontrol dariku. Beda dengan kegiatan playgroupnya yang selalu aku pantau. Bahkan ketika Mbahnya menceritakan Iqra 1 nya sukses, aku hanya tersenyum tak percaya, dan melupakannya setelah itu. Atau ketika Eyang putrinya, yang notabene adalah Ibuku, dengan mata berkaca takjub menceritakan tentang acara membaca Al-Fatihah bersama via telepon, aku hanya berpikir Helmy mungkin bisa karena mengekor dari Eyang putrinya. Paling yang membuat aku bersyukur dari kegiatan mengajinya, adalah karena nasehat Ustadzahnya, Helmy langsung memaksakan diri membuang hajat besar di WC, yang sudah berbulan-bulan aku coba latih, namun tak berhasil.
Itulah... sore itu, aku seperti ditunjukkan keajaiban lain dari anakku. Buku biru yang lecek itu kubawa pada suami dan kakakku, ternyata komentar merekapun tak jauh dariku, mereka tak pernah menyangka Helmy bisa melakukan itu. Sesungguhnya kemajuan anak kecil ini pernah ditunjukkan padaku sebelumnya padaku, ketika dengan setengah bergumam dia melafalkan Al-Fatihah komplit didalam mobil ketika kami berpergian atau ketika aku mendapati dia asyik menyimak VCD Iqra' dari adikku, yang awalnya kupikir tak disukai. Kami kurang memperhatikan hal-hal ini entah karena kami terlalu sibuk dengan urusan kantor kami, atau karena kami terlalu merendahkan kemampuannya. Mungkin itulah manusia, sering meremehkan yang kecil dan lemah, sampai harus ada waktu yang mana si lemah bisa membuktikan kekuatannya. Helmy telah membawa kami pada teori itu, malah dia memberikan kami cara yang tepat untuk berbenah diri, tanpa pernah sedikitpun protes dan mendikte kami.

No comments: