Sunday, November 05, 2006

Waxing

Para wanita pasti familiar dengan istilah di atas. Aku sendiri sebenarnya bukan penganut waxing, bukan karena anti, tapi karena keluarga kami bukan termasuk keluarga berbulu tebal seperti layaknya orang-orang timur tengah.
Waxing yang sangat aku ingat waktu aku remaja dulu adalah waxing yang dilakukan oleh kakak pertamaku di bagian ujung lengannya, dan dilakukan di salon kecantikan. "Tahu, gak, Mel, abis waxing ini sekitar 6 bulan lagi baru tumbuh bulunya," promosinya waktu itu. Aku hanya meringis sendiri, dan sedikit berangan-angan sih mau melakukan waxing kalau sudah seumur dia. Nyatanya, sampai setua inipun, yang namanya praktek waxing tidak pernah kulakukan. Kata orang sih, rada-rada perih, ih... hidup ini aja sudah sakit, masa harus ditambah sakit yang lain, sih, begitu selalu alasanku untuk menghindar.
---
Tiga hari setelah Idul Fitri kemarin, tiba-tiba Mbak Ari, kakakku nomor dua, memamerkan waxing cream hasil pemberian temannya. Dengan lagak pedenya, dia melangkah ke kamar mandi untuk melakukan proses waxing sendiri.
"Ki, ambilin asseton," tiba-tiba teriakannya terdengar ke arah adikku, Kiki, yang kebetulan sedang menginap di rumah.
Adikku tergesa-gesa mengambil asseton.
"Ki, ambilin body lotion," teriaknya lagi.
Walau lumayan bingung, aku sok tak peduli, malah melangkah lenggang ke kamar mandi yang lain.
"Mbak, kayaknya Mbak Ari gak ikut, deh," kata adikku sekeluarnya aku dari kamar mandi.
"loh, kenapa?"
"Ketiaknya lengket. Waxingnya gagal," papar Kiki.
Aku tertawa terbahak-bahak mendengarnya.
"Kok bisa?"
"Iya, Mel, gue gagal, nih. Mungkin karena bulu gue kurang banyak kali', ya" teriak Mbak Ari dari dalam kamarnya.
"Terus gimana, dong?"
"Masih lengket," jawab Mbak Ari sambil berlari ke kamar mandi dan mandi lagi.
Sambil menertawakannya, aku melangkah masuk ke kamar.
"Mas, Mbak Ari kayaknya gak ikut,"ceritaku pada suamiku.
"Kenapa?"
"Waxingnya gagal"
"Waxing apaan, sih?" tanyanya, yang kebetulan memang kurang mengerti istilah perwanitaan, dan sialnya dapat istri yang tidak pernah melakukan upacara itu.
"Itu cara untuk mencabut bulu, Mas"
"Trus?"
"Mbak Ari gagal, jadinya ketiaknya sekarang lengket."
"Lagian ada-ada saja, sih," ujarnya sambil tersenyum-senyum.
----
Akhir cerita. Mbak Ari agak berhasil menghilangkan lengket di ujung lengannya. Kamipun jadi pergi bersama.
"Kok bisa, sih, Mbak, waxing lo gagal?" tanyaku penasaran.
"Sebenarnya sih, Mel, gue udah dibilangin Yance, kalau bulunya gak banyak, susah waxingnya ditarik. Soalnya Yance kayak gitu. Dia berahsil ngelepasnya pakai aseton. Gue pikir gue bakal berhasil, ternyata nggak. Gue pakai asseton, gak lepas, gue pakai baby oil, body lotion, sampai-sampai Kiki bawain Filma ke kamar gue buat ngelepasinnya," ceritanya panjang lebar.
Aku dan suamiku tertawa terbahak-bahak mendengarnya.
"Sekarang?"
"Masih lengket sih, tapi udah bisa angkat ketiak nih," jawabnya sambil mencoba mengangkat lengannya yang lumayan susah.
Oala... Mbak.. Mbak.... ada-ada saja....... Jadilah sepanjang perjalanan, aku mentertawakannya tanpa henti. Hm.. jadi benar kan kalau aku rada-rada mikir melakukan waxing?...

No comments: