Friday, May 11, 2007

Men-challenge = mempermudah diri?

Are you interested in a new challenge for your carreer?
Sepotong sms singkat itu muncul di HPku ketika aku sedang menikmati coffee break di sela-sela training leadership Dale carnegie.
I'd love to. May I know what it is?
Just come to my office tomorrow morning. Actually this is a tough job.


----
Besoknya. Pagi hari.

"Mel, bisa datang ke ruangan saya sebentar?" Suara Pak Agung memecah kesunyian pagi itu. Aku melangkah mengikutinya.
"Ada satu tawaran menarik untuk kamu."
"Apa, Pak?"
"Kemarin Monica Gupta datang ke tempat Pak Arif, dia mencari successor dia untuk menjadi PM di OSS. Setelah berdiskusi dengan para manager disini, kami mengajukan tiga nama yaitu kamu, Wiwik dan Very. Sebenarnya Monica tertarik dengan Wiwik, karena dia sudah sering bekerjasama, tapi kalau kamu memang tertarik, kami akan mengajukan kamu. Bagaimana?"
Setelah penjelasan panjang lebar dan alasan mengapa Pak Agung menawarkanku, aku memilih untuk menimban-nimbang semuanya. Bukan apa-apa, saat itu aku sedang proses pindah ke company lain. Klarifikasipun aku lakukan pada temanku, Pandu, yang semalam mengirimkan sms kepadaku. Dengan gamblangnya, dia menceritakan semuanya, dan terus terang aku merasa tertantang.
Challenge itu serasa angin segar untukku. Aku yang awalnya mulai putus asa dengan konsep spesialis yang tak ada dasarnya, menurutku, aku yang selalu berdiri di muka untuk memperjelas kebijakan-kebijakan yang bisa mendemotivate para employee, merasa mulai diperhatikan. Mungkin itulah, orang selalu merasa perlu yang namanya challenge di dalam hidup. Satu contoh sederhana, mana yang lebih menantang, mencintai atau dicintai? Mudah,kan, untuk menjawab?....
Challenge pulalah yang membuat orang merasa lebih dibutuhkan. Berdasarkan itulah, aku merasa terpanggil untuk membantu seorang temanku, yang memang kebetulan memegang produk yang sama di kantor. Aku mulai dengan memberi tugas-tugas ringan, membimbing dia bila dia lupa di dokumen mana dia harus mencari, walaupun sering aku jengkel dengan temanku ini, kemudian mendorong dia presentasi, memuji presentasinya yang luar biasa bagus, menemaninya meeting di customer, sampai kemudian membiarkannya ke customer sendirian. Aku tak pernah tahu apa yang dirasakan temanku saat itu, merasa dimanfaatkan atau merasa senang? Yang jelas niat awal men-challenge orang ini malah meringankan tugasku dan membuat mudah pada masa handover ketika aku pindah ke company lain.
Nyatanya, di company sekarangpun, aku bertemu dengan seorang teman yang jauh lebih muda, dan tanpa kami sadari kami terjebak di satu project yang sama. Awalnya, sih, aku coba untuk selalu melibatkan dia, walaupun follow up pekerjaan sebagian besar jatuh ke pundakku. Sampai pada satu kejadian, aku harus keluar kota, dan video aplikasi yang kami pegang akan launch, jadilah aku mulai meminta supportnya untuk me-lead meeting antar vendor, memfollow up isu-isu technical yang masih open dan butuh penanganan segera. Cukup meringankan,kan? Dan saat itu aku yakin temanku itu bertambah ilmunya....
Tapi terus terang menchallenge orang yang expertisenya sama dengan kita merupakan hal yang tidak mudah. Ketakutan bahwa peran kita akan hilang, atau pihak-pihak yang terkait akan tergantung pada orang yang kita beri challenge, sampai perasaan kehilangan peranan atau malah lebih buruk dinilai performancenya turun, karena si pengganti ternyata lebih lihai. Pada dasarnya, hal-hal itu balik lagi dengan strategi pengembangan diri kita, jangan sampai keenakan ketika pekerjaan kita berkurang, kita malah bersantai diri dan yang paling penting ketulusan kita. Ingatkah pepatah atau Hadist bahwa ilmu yang anda transfer ke orang tidak akan berkurang malah makin bertambah dan terus bertambah? Herannya, masih saja ada temanku yang dialokasikan sebagai satu team denganku, malah sangat takut sekali bila aku mengetahui apa yang dia punya, sampai-sampai ketika kami disibukkan dalam satu meeting yang cukup penting, dia berdiskusi dengan seorang temanku dengan suara berbisik-bisik dan tidak mengacuhkan pertanyaanku. He never realizes It's so happy when we are looking the other people can use what we gave them to improve their life...


Catatan kecil after satu meeting...

No comments: