Wednesday, May 16, 2007

Tes Pertama untuk anakku

Sabtu Pagi.

Aku akhirnya merasakan deg-degan di hari ujian anakku. Yah, Helmy hari ini akan menjalani rentetan ujian penerimaan. Rasa itu mulai muncul, ketika kami melangkah masuk ke areal pekarangan calon sekolah Helmy. Ada rasa was-was, takut Helmy tiba-tiba tidak comfort, minta aku tungguin. Ada juga rasa kasihan, takut Helmy merasa stress dengan ujian ini. Nyatanya, rasa was-was pertamaku hilang, ketika sesampai di kelas ujian, Helmy melenggang masuk dan mencari tempat duduk yang bertuliskan namanya. Dengan bangganya, dia taruh tas di bangkunya dan meminta aku agar meninggalkannya. Rasa selanjutnya muncul, ketika ujian dimulai. Pertama kali tentang dikte atau latihan menulis, kata pertama yang keluar 'makan', aku masih bisa menarik napas, kemudian 'sepatu', aku mulai ragu apa anakku bisa, ketiga 'semangka', gerutuan mulai terdengar dari samping kiri kananku. Beberapa Ibu, termasuk aku, protes, kok bisa-bisanya dikte untuk masuk SD ada kata-kata yang bernada 'ng'. Deg-degan mulai meraja di hatiku, tak lama rasa sakit mulai menusuk perutku. Aku berkali-kali mencoba menarik napas panjang. Terakhir, aku mulai mengirim sms ke kakak-kakakku dan adik-adikku, "Gw deg-degan nih, Helmy lagi testing masuk SD"
Support datang dar Mbak Andri, "Tenang... Helmy pasti lulus".
Tes kedua, mencocokkan bentuk dan gambar, Helmy yang sempat kuintip sangat cepat melakukannya. Tes ketiga, mencocokkan jumlah gambar dengan tulisan angka dalam bentuk huruf, sekali lagi beres. Tes ketiga berhitung, Helmy cepat pula selesai.
Sambil mengurangi rasa grogiku, aku mengahmpiri rombongan ibu-ibu lain, disanalah aku mencoba mengorek informasi, dan karena kurang puas, aku melangkah ke kantor pendaftaran, disana aku mencari informasi berapa orang yang akan diterima.
Sekembalinya dari kantor informasi, aku kembali lagi ke jendela kelas Helmy. Aku lihat Helmy sedang diwawancarai dan diuji membaca Iqro', akhirnya tes ditutup dengan mewarnai dan menggambar. Bangga sekali melihat anakku ternyata cukup mandiri membereskan peralatannya dan melangkah keluar kelas dengan penuh semangat.
--
Senin siang.

'Say, Helmy belum lulus'
Sepotong sms pendek muncul di Hpku. Aku langsung panik. Aku telpon suamiku, dan mendapati kabar yang sama. Aku cari informasi dengan menelpon salah satu Ibu teman Helmy yang kebetulan lulus, dia menyarankan untuk melihat nilai hasil ujian Helmy. Di surat ketidaklulusannya tertera angka 57. Oke, berarti Helmy memang harus tk lagi, apalagi umurnya masih 5 tahun, belum 6 tahun.
Tak lama Helmy menelpon aku.
"Bunda, Mas Mi belum lulus."
"Berarti gak SD dong, Mas"
"Ih, Bunda... Masa' karena belum lulus, gak bisa SD..." Oala..ternyata anakku sendiri belum nalar kalau ujian yang dia lakukan kemaren untuk menentukan terima atau tidaknya dia di SD.

--
Selasa pagi.

Aku dan suami ke SD, tempat Helmy ujian. Kami ingin mengetahui kelemahan anak kami, didapatlah angka yang menunjukkan bahwa anak kami masih kurang di menulis, membaca dan berhitungnya cukup bagus, wawancaranya kurang komunikatif. Aku hapal sekali tabiat Helmy yang malas bila diajak bicara orang asing, apalagi bila topiknya tak menarik.
"Anak Ibu umur berapa?"
"Lima tahun, Bu."
"Wah, pantes.... setidaknya SD itu 6 tahun. sudah TK lagi saja."
"Tadinya saya berpikir begitu, Bu. Hanya anaknya ingin SD"
Setelah itu, aku hunting TK, sebelumnya mereserve tempat lagi di TK yang lama. Dari TK Al-Azhar, kok kurikulumnya sama dengan TK yang sekarang, tapi kami tetap membeli formulir, TK dekat rumah, yang referensi dari tetanggaku, kok pelajarannya hanya baca dan tulis, kasihan sekali anakku.
Sepanjang perjalanan ke kantor, aku dan suami mengatur strategi... Jelas sekali Helmy tidak ingin TK di tempat yang lama, ataupun sekolah TK lagi. Bayangannya, dia bersekolah di SD dan latihan karate.
"Say, padahal SD kelas satu bukannya buat latihan nulis juga, ya?"
"Iya, sih, Mas... Aku kadang nggak mengerti sama pendidikan di Indonesia sekarang ini. Semua distandardkan dengan bisa membaca dan menulis. Buat anak seumur Helmy, cukup baguslah dia bisa membaca dan berhitung, walau malah aku pikir terlalu berlebihan. Apalagi di TK yang sekarang, dia paling muda umurnya."
"Say, Mas sih bangga dengan nilai 57 nya, anak seumur itu bisa mencapai nilai itu bagus,kan? Walaupun, Mas agak nyesak juga, sih. Kurang 3 poin untuk lulus, bayangin deh."
"Mas, dari yang aku tahu, anak masih dibawah usia 7 tahun, pengembangan otaknya harus dari pengetahuan loh, bukan dengan patokan membaca, menulis dan berhitung. Makanya kenapa aku lebih suka memberikan dia pengetahuan kayak planet, tubuh manusia, dan lain-lain daripada maksa dia membaca. Karena dia mau masuk SD aja, beberapa bulan ini kita terapkan pelajaran membaca, ya, kan, Mas? Yah, tidak seperti yang pernah Mamanya Sydna cerita, dia memaksa Sydna belajar membaca dengan sendal atau ancaman tidak boleh makan. Kamu gak rela,kan, anak kamu digituin? Tapi, yah, itu Sydna lulus dan hasilnya bagus sekali. Kontras,ya, mas?"
Suamiku mengangguk. Yah, itulah.. saat ini aku merasa sekali ada bentrokan pandanganku dengan dunia sekolah, bahwa anak seharusnya dibiarkan otaknya berkembang dengan pengetahuan sekitar daripada dibiarkan menghapal deretan huruf. Malah di salah satu presentasi tentang anak, pengetahuan yang kita berikan, akan memebentuk jaringan di otaknya, yang akan menjadi modal untuk perkembangannya. Pertanyaan lain lagi muncul di benakku, apakah standard anak cerdas itu hanya bisa membaca, menulis dan berhitung?.... Tak tahulah, yang jelas aku mulai ragu apakah aku membeberkan kebenaran untuk ketidaklulusan anakku?...

2 comments:

Anonymous said...

Helmi semangat banget untuk skolah yah..semangat untuk belajar (jadi malu - btw helmi nurunin sifat sapa tuh, bunda ato ayahnya??).

Seinget gw kerjaan gw pada umur 5 tahun adalah main..main & main...sampai sekarang hahahaha
Ikut home schooling ajalah..(mengikuti tren pada artis-artis ihiikk ihikkk)

Anonymous said...

wah mel... gile juga yaa... pdhal gw kalo ngajarin gavan juga gak pernah yg nyuruh2 dia pegang pensil tuh, di suruh mewarnai aja males banget tuh anak.

dia juga lebih cepet nangkep kalo gw cerita sesuatu. Hmmm.. berarti gw musti siap2 juga ya, walaupun msh 2 thn lagi dia masuk SD...

gak mau coba tempat lain dulu? drpd TK lagi, kasihan Helmy dah semangat gitu

thx for sharing ya... :)