Kemarin, ada pancingan email (dari aku) tentang Suryo Suwignjo, yang menjadi Presiden Direktur pada usia 41 tahun di IBM Indonesia. Pancingannya ditambah kata-kataku,
Menyambung curhatan Ujang tentang menjelang 40 tahun..:)
Umur 41 tahun, jadi presdir IBM... walah.. gw udah hampir 34 tahun aja masih jadi engineer....*garis tangan tnyt menentukan, ya, Han?*
Catatan: sehari sebelum kemarin, Ujang sempat nyentuh-nyentuh usia 40 tahunnya (walaupun masih 3 tahun lagi sih...). Han di email itu maksudnya Yohan, teman yang benar-benar karirnya melejit setelah dari PT Siemens Indonesia. Bisa dibayangkan, lepas dari Siemens, dia jadi Planner Consultant buat Nokia Indonesia dengan gaji kurang lebih 5000 USD. Posisinya ini menyebabkan dia santai, karena buat pekerjaan standard, dia tidak perlu turun tangan. Kalau ada pekerjaan yang benar-benar urgent, baru dia diturunkan. Jadi kebayang, dong, dalam satu bulan, baktinya dia hanya dihitung dengan jumlah jari di tangan sebelah kanan atau kiri saja. Belum selesai kontrak dia sebagai konsultan, Huawei Indonesia menarik dia. Tawaran pertama sebagai CTO di Kuala Lumpur. Gemetar dia waktu mendengar itu. Negosiasi dilakukan, dia akhirnya bisa menjadi (hanya) GM Marketing untuk Huawei Indonesia. Dia sujud syukur, karena buat menjadi CTO, dia belum merasa pantas. Kisah inilah yang akhirnya membuat genk aku yang lain (Amel, Belinda, Adri dan Silvi) berkesimpulan bahwa garis tangan dia pasti beda dengan garis tangan kami.
Email berlanjut....
Beben membalas yang pertama :
Mel,
Beda kalo IBM... Mereka di develop sebagai level Principle bukan kacung kampret.
Aku :
Jadi salah starting stepnya dunk...hehehehehe (maksudnya starting step kami).
Ayib :
Inget, loyalitas juga penting... yg kutu loncat juga belum tentu bisa sampe keposisi puncak.
Aku :
Gw 8 tahun 8 bulan, Ujang, daryatno juga, Pak Agung juga lebih dari gw....
Jadi??..:)
Tetap Ada Yang Menciptakan Garis tangan....:)
Reply-an versi kedua :
Yohan :
Ada kontak info nya dia nggak ya? email atau hp? biar bisa coba ngelamar.. hahahaha :-)
Aku :
Garis tangan elo udah bagus,han...tinggal diasah tuh....
Kalo elo kesitu, gw gantiin elo di huawei ya....hehehehehehe
*kayaknya yg nsn (Nokia Siemens Networks: yang masih di NSN : Irwan, Ujang, Daryatno, Rudy ama Pak Agung-red)lagi banting tulang..gak ada komen satupun. Bukan berarti yg op (operator-red) gak sibuk loh, gw lg nyari inspirasi neh...inspirasi jadi presdir..halah*
Reply versi ketiga, serius nih... Dan memang tujuanku melepaskan pancingan ini untuk mendapatkan diskusi hangat dan menyenangkan.
Yohan :
Hehehe mel,..Garis tangan, nasib memang menentukan,... tapi menurut gua garis tangan, nasib baik itu bisa dipelajari,.. artinya kita bisa mempelajari bagaimana garis tangan dan nasib kita selalu bagus.... pada saat kita berhasil mempelajarinya maka garis tangan kita dan nasib kita cenderung yang bagus2.... heheheh... bener ngga sich..???
Irwan :
Teach me how to read..:)
Yohan :
haha,.. Irwan jadi penasaran....wah kalo baca garis tangan gua ngga bisa wan......tapi menurut gua yang gua maksud adalah mestinya ada teori2 atau apapun itu yang memnugkinkan kita bisa mempelajari, untuk bagaimana kita bisa merubah atau membuat garis tangan / nasib kita agar cenderung yang bagus2?
misalnya nich... mestinya ada teori membaca peluang... kalau kita bisa berhasil mempelajarinya dan mengidentifikasi peluang dari awal, gua rasa yang berikutnya adalah nasib / garis tangan cenderung bagus....sukese google, utube, microsoft diawali dengan berhasilnya mengidentifikasi peluang dari awal....
itu misalnya loh.. dan itu menurut gua....
bener ngga sich..? heheehehe
mungkin ada teori2 yang lain..???
Irwan :
Yah gue kira dikau itu paranormal, kan bisa buka praktek
Secara bersamaan dengan reply dari Irwan, aku :
Jadi ingat diskusi tadi pagi buta tentang Bill gates, google..:)
Setuju banget ama wejangannya Yohan... Kadang qta udah terlena dengan apa dan dimana qta sekarang, belum lagi semangat sering hilang... Apa yang dibutuhkan? Kalau dari trainingnya dale adalah konsistensi... kalo kata beben di YM statusnya, if you can’t do great things, just do small things in great steps... begitu bukan, Ben???....
Tapi, garis tangan elo, Han, emg beda ama punya gw deh pastinya. you are very lucky apalagi dicombine ama expertise elo....... salutttttttttttttttttt.......
Begitulah....
Dibalik semua itu, banyak yang bisa diambil. Perjalanan sukses bukanlah perjalanan sesaat. Memang dari awal kita dilahirkan sudah ada tulisan takdir kita yang mengering, tapi Tuhan juga tidak menutup mataNya buat semua usaha kita. Kalau kata Ibuku, berusaha, berdoa dan bangun pagi-pagi sebelum Subuh (bukan hanya bangun tidur, tapi beribadah maksudnya), akan membuat rezeki kita nggak dipatok ayam. Wadduh... masa' saingan ama ayam.... Diskusi-diskusi seperti inilah yang sebenarnya missing di lingkungan kerjaku sekarang dan sering memompakan sejuta energi semangat ke seluruh aliran darahku. jadi tetap semangat, jangan sampai saingan kita hanya seekor ayam..:)
PS: buat eks- anak buah Pak Agung.....
Wednesday, January 23, 2008
Monday, January 21, 2008
me 'n time
"Kadang-kadang kita perlu loh, say, punya waktu untuk diri sendiri," ujar suamiku disela-sela waktu kami menunggu pesanan makanan datang.
"Yo'i," jawabku setuju.
"Jadi,say, kalau kamu memang butuh waktu untuk sendiri, bilang saja," sahutnya lagi. Padahal, sih, sampai aku menikah 7 tahun begini, aku selalu memegang prinsip, waktu hidupku adalah milikku. Apa yang aku habiskan untuk keluarga, teman, bekerja adalah salah satu wujud kebaikkanku untuk membagi. Aihh..sedikit egois,kan? Kalaupun aku butuh waktu untuk diri sendiri, aku merasa tak perlu meminta ijin, even ke pasangan. Pemberitahuan boleh, tapi minta ijin, nggaklah... Ini,kan, waktuku, yang berarti milikku.
Karena kebaikan suamikulah, makanya aku hanya menimpali dengan tertawa kecil. "Kalau kamu, kapan waktu buat kamu sendiri?" pancingku sembari mengingat waktu-waktu kami yang seringnya dihabiskan bersama.
"Nantilah... Aku ingin kalau aku punya waktu untuk aku sendiri, aku akan naik gunung sendiri, tanpa teman..." jawabnya menerawang, mungkin membayangkan keasyikan mendaki gunung.
"Mbok ya, Mas.. kalau mau punya me 'n time jangan yang membahayakan,kek... Pergi sama teman-teman sih oke, tapi jangan sendiri." Aku mulai gusar mendengar harapannya.
"Aku kan biasa, dulu..."
Ye... itu kan dulu..........
----
Nah, 11 Januari kemarin gak sengaja jadi me 'n time ku. Jadwalku pagi itu sebenarnya adalah mengantar Ibu ke laboratorium setelah bergym ria, setelah itu menukar sepatu di donatello, kemudian ikuti arus... Nyatanya, pagi itu Ibu sudah ke laboratorium, aku mendapatkan oleh-oleh dari adik ipar yang lumayan berat, dan Erna, adikku mau menemaniku ke Donatello. Jadilah jadwal berubah, kami ke kantor kakak ipar, untuk mengantarkan oleh-oleh, kemudian ke Donatello, kemudian lunch barenga kakak ipar, kemudian ke Gramedia untuk membeli a thousand splendid suns plus satu novel untuk adikku, kemudian pulang.... puas banget... Walau nggak 100 persen sendiri, tapi aku puas mengatur waktuku, dan untungnya adikku setuju-setuju saja.
Kalau diingat-ingat lagi, dulu sewaktu di kantor lama, aku sering punya me 'n time. Biasanya diisi dengan kursus kerajinan satu hari, menyusuri mall, belanja di tanah abang, sampai hanya nongkrong di QB world...Uihh...menyenangkan....
Me 'n time versusku sendiri sebenarnya bukan harus waktu cuti, disela-sela business travelpun buatku adalah me 'n time, dengan catatan, aku tidur di kamar sendiri, bukan berbagi seperti di kantor sekarang. Kamar sendiri, bagi saya berarti, bisa seenaknya... bangun tidur, senam-senam kecil sekenanya, tanpa malu dikomentari, guling-guling di kasur, berganti-ganti kasur, nonton apa yang aku suka, nyetel MP3 segede-gedenya, melamun, ataupun membaca. Beda di kamar yang harus berbagi, pasti gosip mulu bawaannya, mengingat aku orang yang cukup cerewet.
Biasanya sih, efek setelah me 'n time, rasa kangen luar biasa ke 2 jagoan plus suami akan muncul...
Jadi siapa bilang me 'n time adalah wujud egois?...:)
"Yo'i," jawabku setuju.
"Jadi,say, kalau kamu memang butuh waktu untuk sendiri, bilang saja," sahutnya lagi. Padahal, sih, sampai aku menikah 7 tahun begini, aku selalu memegang prinsip, waktu hidupku adalah milikku. Apa yang aku habiskan untuk keluarga, teman, bekerja adalah salah satu wujud kebaikkanku untuk membagi. Aihh..sedikit egois,kan? Kalaupun aku butuh waktu untuk diri sendiri, aku merasa tak perlu meminta ijin, even ke pasangan. Pemberitahuan boleh, tapi minta ijin, nggaklah... Ini,kan, waktuku, yang berarti milikku.
Karena kebaikan suamikulah, makanya aku hanya menimpali dengan tertawa kecil. "Kalau kamu, kapan waktu buat kamu sendiri?" pancingku sembari mengingat waktu-waktu kami yang seringnya dihabiskan bersama.
"Nantilah... Aku ingin kalau aku punya waktu untuk aku sendiri, aku akan naik gunung sendiri, tanpa teman..." jawabnya menerawang, mungkin membayangkan keasyikan mendaki gunung.
"Mbok ya, Mas.. kalau mau punya me 'n time jangan yang membahayakan,kek... Pergi sama teman-teman sih oke, tapi jangan sendiri." Aku mulai gusar mendengar harapannya.
"Aku kan biasa, dulu..."
Ye... itu kan dulu..........
----
Nah, 11 Januari kemarin gak sengaja jadi me 'n time ku. Jadwalku pagi itu sebenarnya adalah mengantar Ibu ke laboratorium setelah bergym ria, setelah itu menukar sepatu di donatello, kemudian ikuti arus... Nyatanya, pagi itu Ibu sudah ke laboratorium, aku mendapatkan oleh-oleh dari adik ipar yang lumayan berat, dan Erna, adikku mau menemaniku ke Donatello. Jadilah jadwal berubah, kami ke kantor kakak ipar, untuk mengantarkan oleh-oleh, kemudian ke Donatello, kemudian lunch barenga kakak ipar, kemudian ke Gramedia untuk membeli a thousand splendid suns plus satu novel untuk adikku, kemudian pulang.... puas banget... Walau nggak 100 persen sendiri, tapi aku puas mengatur waktuku, dan untungnya adikku setuju-setuju saja.
Kalau diingat-ingat lagi, dulu sewaktu di kantor lama, aku sering punya me 'n time. Biasanya diisi dengan kursus kerajinan satu hari, menyusuri mall, belanja di tanah abang, sampai hanya nongkrong di QB world...Uihh...menyenangkan....
Me 'n time versusku sendiri sebenarnya bukan harus waktu cuti, disela-sela business travelpun buatku adalah me 'n time, dengan catatan, aku tidur di kamar sendiri, bukan berbagi seperti di kantor sekarang. Kamar sendiri, bagi saya berarti, bisa seenaknya... bangun tidur, senam-senam kecil sekenanya, tanpa malu dikomentari, guling-guling di kasur, berganti-ganti kasur, nonton apa yang aku suka, nyetel MP3 segede-gedenya, melamun, ataupun membaca. Beda di kamar yang harus berbagi, pasti gosip mulu bawaannya, mengingat aku orang yang cukup cerewet.
Biasanya sih, efek setelah me 'n time, rasa kangen luar biasa ke 2 jagoan plus suami akan muncul...
Jadi siapa bilang me 'n time adalah wujud egois?...:)
Saturday, January 12, 2008
7th Anniversary
12 Januari 2008. Ulang tahun pernikahan ketujuh. Pancingan kado buat aku seperti biasa nggak berhasil. Sedangkan aku hmm.... membuat kaos dengan cetakan tangan kami bertiga, yaitu aku, Helmy dan Dafi, plus tulisan tangan Helmy berbunyi: Whose those hands?....
Surprise lucu-lucuan... plus tulisan 20 tahun mengenalmu di kertas biasa, bukan di kartu. Kartu sempat beli sih, cuma terlalu kecil buat tulisan itu....
Ada yang spesial menjelang hari kami, yaitu ketika di ajang bertengkar kami terakhir, Nowo sempat membuatku luluh meringis menyesal, dia bilang begini,
"Say, aku emang gak romantis, nggak kayak di novel-novel, tapi rasa sayang ini Mas sendiri yang ngerasain, Sayang bangetttt.. Sampai kalau ama orang kantor aku dicela masih nyebut kamu say, Mas nggak malu, tapi bangga...."
:)
Itulah... Tunggu saja, untuk tahun ini apakah akan ada ajakan makan malam atau sekedar keluar berdua nanti malam? Karena seperti yang lalu-lalupun, aku selalu yang inisiatif buat mengajak....susah,kan?...:)
Catatan: Pagi ini Nowo bangun dengan memelukku, dan "Happy Anniversary, Say".... lalu komentarnya buat kaos dan tulisan itu,"You're so romantic.."
Thursday, January 10, 2008
Dafi dua tahun
Tanggal 10 Januari 2008. Dafi berulang tahun yang kedua. Apa kemajuannya untuk dua tahun ini?
- Cerewet. Dia lebih cepat menangkap kata-kata dibandingkan masnya dulu.
- Berani, untuk hal-hal seperti melawan teman, bersosialisasi
- Penakut buat mencoba naik kuda atau ke dokter
- Jahil. Hampir semua anak tetangga yang seumuran kakaknya punya julukan dari dia. Entah ndut, geng (artinya begeng), ngeng (artinya cengeng), ndek (artinya pendek). Belum lagi kejahilan dia suka memanggil tukang jualan apa saja yang lewat depan rumah.
- Selalu menang kalau berantem dengan masnya atau sepupunya yang usianya lebih tua dua tahun.
- Suka makan apa saja, termasuk kambing dan durian. Dari jajanan pinggir jalan sampai makanan mahal. Makanya nggak heran kalau dia jarang sakit, beda ama Masnya.
Kalau kata Mas dan Ayahnya, dia secerewet Bundanya, alias aku...
Happy Birthday, ya, Dek!......
- Cerewet. Dia lebih cepat menangkap kata-kata dibandingkan masnya dulu.
- Berani, untuk hal-hal seperti melawan teman, bersosialisasi
- Penakut buat mencoba naik kuda atau ke dokter
- Jahil. Hampir semua anak tetangga yang seumuran kakaknya punya julukan dari dia. Entah ndut, geng (artinya begeng), ngeng (artinya cengeng), ndek (artinya pendek). Belum lagi kejahilan dia suka memanggil tukang jualan apa saja yang lewat depan rumah.
- Selalu menang kalau berantem dengan masnya atau sepupunya yang usianya lebih tua dua tahun.
- Suka makan apa saja, termasuk kambing dan durian. Dari jajanan pinggir jalan sampai makanan mahal. Makanya nggak heran kalau dia jarang sakit, beda ama Masnya.
Kalau kata Mas dan Ayahnya, dia secerewet Bundanya, alias aku...
Happy Birthday, ya, Dek!......
Friday, January 04, 2008
Harga Kemewahan
Judul di atas kayak judul sinetron, ya....
Tiba-tiba saja tadi pagi terpikir, tentang perbedaan uang yang harus saya keluarkan antara naik ojek, taksi dan kopaja menuju kantor. Ternyata lumayan jauh.... Kalau naik ojek, dari depan Sentra Mulia, karena di drop suami di situ, ojek yang biasa saya bayar adalah 15 ribu. Tukang ojeknya sih, kalau ditanya berapa, pasti jawabnya terserah atau 12 ribu aja deh, neng.... Tanggung, yah sudah...15 ribu....
Sempat diprotes suami, kok mahal sih, 10 ribu aja pantes,say...begitu katanya. Tapi yah, sudahlah....
Taksi? Kalau lancar dan lewat belakang ambassador, terus jalan Denpasar, terus belakang Balai Kartini..dan selanjutnya, taksi TL (tarif lama) itu sekitar 8 ribu rupiah, kalau taksi TB(tarif baru) itu sekitar 11 ribu rupiah. Kalau hari kerja sedang (nggak macet di daerah Ambassador, agak tersendat di belakang Balai Kartini), taksi TL sekitar 12 ribu 5 ratus rupiah, taksi TB 15 ribuan. Kalau hari kerja berat (macet dua-duanya), TB bisa 25 ribu, TL sekitar 20 ribu.
Kopaja? S66. Harus nyeberang. Hanya 2 ribu. Rute agak muter sedikit, agak macet sedikit, agak panas sedikit. Siap-siap diri 2 gedung sebelum Wisma Mulia, kalau mau turun pada gedung yang tepat (nggak patuh ama peraturan). Cukuplah dengan 2000.
Kehitung,kan, bedanya? Naik taksi gak jauh dari naik ojek harganya. Tapi kalau nggak hujan, saya lebih milih naik ojek. Cepat sampai ke Wisma Mulia, berangin, nunggu taksi pagi hari cukup susah dan kasihan aja sama tukang ojek, kebayang uang makan keluarga mereka.
Tadi pagi, coba naik kopaja (biasanya naik S66 kalau pulang aja, ke kantor suami)...nyebrang ke pasar festival... not badlah.... cukup hemat..dan nggak perlu buka payung juga walaupun hujan, karena bisnya berhenti di depan Wisma Mulia
Tapi pernah,loh, saya naik taksi TB gratis ke kantor suami. Bukan nebeng... Tapi karena ujan... loh?!... Iya, pas hujan di sore hari, ada taksi TB lewat, saya stop, payung saya pinjamkan ke teman yang lagi hamil (salah,kan... seharusnya taksi dikasih ke teman yang lagi hamil dulu...bukan payung..), pas di taksi, baru ingat uang hanya ada 50 ribuan, berdoa biar ada kembaliannya (pengalamannya, sering nggak ada kembalian), ternyata nggak ada, padahal orang Freeport yang satu gedung dengan kantor suami sudah menunggu tak sabar, diapun uangnya 50 ribuan (tapi banyak, nggak kayak di dompet saya yang cuma satu), jadilah dengan sukarelanya, dia bilang : "I'll give extra twenty for you" ke supir taksi. Saya melongo, dan langsung, "serius?" (terus terang, saya bingung ini orang Indonesia apa bukan.. abis ngomongnya campur aduk.. tampang..yah..tampang Cina Singapur..).
"No problem"
Melongo lagi. Terus, keluar dari taksi, sambil: "Thank you"
"No problem"
Nah..ini dia... Harga kemewahan yang nol......hehehehehe
*Cerita yang nggak penting amat. Ide dari atas S66 loh..*
Tiba-tiba saja tadi pagi terpikir, tentang perbedaan uang yang harus saya keluarkan antara naik ojek, taksi dan kopaja menuju kantor. Ternyata lumayan jauh.... Kalau naik ojek, dari depan Sentra Mulia, karena di drop suami di situ, ojek yang biasa saya bayar adalah 15 ribu. Tukang ojeknya sih, kalau ditanya berapa, pasti jawabnya terserah atau 12 ribu aja deh, neng.... Tanggung, yah sudah...15 ribu....
Sempat diprotes suami, kok mahal sih, 10 ribu aja pantes,say...begitu katanya. Tapi yah, sudahlah....
Taksi? Kalau lancar dan lewat belakang ambassador, terus jalan Denpasar, terus belakang Balai Kartini..dan selanjutnya, taksi TL (tarif lama) itu sekitar 8 ribu rupiah, kalau taksi TB(tarif baru) itu sekitar 11 ribu rupiah. Kalau hari kerja sedang (nggak macet di daerah Ambassador, agak tersendat di belakang Balai Kartini), taksi TL sekitar 12 ribu 5 ratus rupiah, taksi TB 15 ribuan. Kalau hari kerja berat (macet dua-duanya), TB bisa 25 ribu, TL sekitar 20 ribu.
Kopaja? S66. Harus nyeberang. Hanya 2 ribu. Rute agak muter sedikit, agak macet sedikit, agak panas sedikit. Siap-siap diri 2 gedung sebelum Wisma Mulia, kalau mau turun pada gedung yang tepat (nggak patuh ama peraturan). Cukuplah dengan 2000.
Kehitung,kan, bedanya? Naik taksi gak jauh dari naik ojek harganya. Tapi kalau nggak hujan, saya lebih milih naik ojek. Cepat sampai ke Wisma Mulia, berangin, nunggu taksi pagi hari cukup susah dan kasihan aja sama tukang ojek, kebayang uang makan keluarga mereka.
Tadi pagi, coba naik kopaja (biasanya naik S66 kalau pulang aja, ke kantor suami)...nyebrang ke pasar festival... not badlah.... cukup hemat..dan nggak perlu buka payung juga walaupun hujan, karena bisnya berhenti di depan Wisma Mulia
Tapi pernah,loh, saya naik taksi TB gratis ke kantor suami. Bukan nebeng... Tapi karena ujan... loh?!... Iya, pas hujan di sore hari, ada taksi TB lewat, saya stop, payung saya pinjamkan ke teman yang lagi hamil (salah,kan... seharusnya taksi dikasih ke teman yang lagi hamil dulu...bukan payung..), pas di taksi, baru ingat uang hanya ada 50 ribuan, berdoa biar ada kembaliannya (pengalamannya, sering nggak ada kembalian), ternyata nggak ada, padahal orang Freeport yang satu gedung dengan kantor suami sudah menunggu tak sabar, diapun uangnya 50 ribuan (tapi banyak, nggak kayak di dompet saya yang cuma satu), jadilah dengan sukarelanya, dia bilang : "I'll give extra twenty for you" ke supir taksi. Saya melongo, dan langsung, "serius?" (terus terang, saya bingung ini orang Indonesia apa bukan.. abis ngomongnya campur aduk.. tampang..yah..tampang Cina Singapur..).
"No problem"
Melongo lagi. Terus, keluar dari taksi, sambil: "Thank you"
"No problem"
Nah..ini dia... Harga kemewahan yang nol......hehehehehe
*Cerita yang nggak penting amat. Ide dari atas S66 loh..*
Subscribe to:
Posts (Atom)