Wednesday, January 24, 2007

Tahajjud

SMS
Mel, sholat Tahajjud deh
Emang Elo sendiri sholat?
Insya Allah, iya.

Dukk!! Seperti suara palu saat itu di hatiku, ketika membaca sms temanku ini. Teman yang baru beberapa minggu lalu menjadi satu dari beberapa teman akrabku, yang sebelumnya aku tahu sekali sholatnya masih bolong-bolong.
Wah, ebat euy... Insya Allah deh kalo gw bangun...
Reply-an sms singkat aku tulis untuk menutupi kekagetanku sebenarnya. Jadilah, beberapa malam, kunyalakan alarm di handphoneku.
Malam pertama, lewat.
Malam kedua, hanya mematikan alarm.
Malam ketiga, lewat lagi.
Malam keempat, bangun jam 3.30 pagi.
"Gw udah mulai loh sholat Tahajjud," laporku pada pagi harinya di kantor.
"O,iya? Jam berapa?"
"Jam setengah empat pagi" Temanku hanya tersenyum meledek.
"Eh, elo tau gak kalo sholat malam yang paling afdol itu sholat di dua pertiga malam. Kan jam setengah empat itu, waktu yang pas," belaku.
"Bukannya kesiangan tuh?" ledeknya lagi.
"Masa' sih?" tanyaku mulai tak yakin.
Tapi, tetap saja jam setengah pagi menjadi defaultku untuk sholat tahajjud.
Sampai memasukki hari keenam, aku set alarm jam 03.15 pagi.
"Semalam, aku sholat jam 03.15"
Lagi-lagi tanpa komentar dari temanku ini. Biarlah, yang penting sejauh ini aku masih terbilang sukses untuk sholat Tahajjud.
----
Itu sepenggal kenangan ketika semangat tahajjud timbul, dan timbul kembali ketika secara tak sengaja aku melihat set alarm di handphone suamiku. "Jam 3.45 pagi? Mau ngapain, Mas?" tanyaku "Mau nyoba bangun Tahajjud"
"Ih, itu mah udah subuh"
"Belum... Subuh itu 4.31"
"Beda tipis gitu, loh.." mulailah aku seperti temanku "Set jam 3.15 aja, Mas. Dengan pertimbangan, kamu sempat tidur dulu sebelum Subuh, dan kalau kamu gak bangun jam segitu, masih bisa toleransi." lanjutku.
"Mas pasti langsung bangun"
"Pertamanya pasti susah, Mas... jangan pede gitu deh.."
"Iya, deh" Aku tersenyum menang. Setidaknya, kalau aku bangun Tahajjud akan ada teman Tahajjud tercinta di rumahku. Sholat ini memang agak-agak susah buatku. Dulu sekali, Ibuku hampir setiap hari selalu mengingatkan kami tentang sholat satu ini, yang sampai saat ini setahuku tak pernah ditinggalkannya. Belum lagi, Ibuku suka dengan pedenya memfoto copy sebundel doa-doa... walah, kalau aku ikutin, bisa terkantuk-kantuk aku di kantor. Ibuku sendiri sih enak, jam 6 pagi, Beliau bisa merebahkan badan lagi karena sudah pensiun, begitu selalu belaku. Tapi, demi menyenangkan hati Ibu, aku hanya mengangguk-angguk mendengarkan penjelasannya. Tahu nasib foto copy itu? Aku sendiri tak pernah tahu ada dimana.... Tahajjud beliau juga mungkin yang membuatnya sabar menghadapi kehidupan ini, malah Beliau seakan punya benteng agar tidak terlalu mempermasalahkan urusan dunia. Satu hal yang sempat aku rasakan, adalah ketika seorang teman dekatku mulai berkomentar: "Elo sekarang kok beda, sih. Kayaknya santai aja, gak peduli dengar-dengar ketidak-fairan di sini," begitu ujar salah seorang temanku di kantor lama ketika melihatku tidak beremosi nmendengar ceritanya.
"Mungkin karena udah tua kali' ya..."
"Padahal elo dulu, Mel, kalau dengar yang beginian paling semangat emosinya" Aku hanya tertawa. "Abis buat apa ribut, iya, kan, Fa?"
"Iya, sih.."
"Mungkin karena Tahajjud kali, ya, Fa." Kemudia pembicaraan kami lompat ke arah sholat Tahajjud. Entahlah sejak aku mulai merajinkan diri, aku seperti merasakan kelegaan, kemudahan untuk semua hal yang aku alami dalam hidup. Indaaahhhhh sekali rasanya...
"Mel, kalau nanti elo keterima di Telkomsel, tetap sholat Tahajjud, ya," pesan temanku. Aku mengangguk.
"Insya Allah, aku ingin tetap sholat Tahajjud sampai tua.. sampai meninggal," ujarku. "Eh, Nowo juga bilang gitu, loh..." sambungku.
Walaupun setelah itu sholat Tahajjudku sering terlewat, harapan itu tetap ada....

No comments: